REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault, menyarankan untuk menetapkan tanggal 12 April sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia. Terlebih, Indonesia memiliki tokoh penting gerakan kepanduan dalam diri Sultan Hamengku Buwono IX.
Adhyaksa menjelaskan, rencana ini sudah diusulkan dalam forum Rapat Kerja Nasional (Rakernas), bahwa 12 April sebagai hari kelahiran Sultan Hamengku Buwono IX adalah Hari Bapak Pramuka Indonesia. "Jadi, setiap tanggal 12 April, saya mohon kepada Kakak-kakak di daerah ada renungan," tuturnya dalam Rakernas Gerakan Pramuka di Hotel Royal Safari Garden, Cisarua, Bogor, Jumat (23/2).
Rencana ini bukan tanpa sebab. Adhyaksa menyebutkan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX memiliki andil sangat besar dalam sejarah berdiri dan berkembangnya Gerakan Pramuka. Ia pun digelari sebagai Bapak Pramuka Indonesia.
Bagi Adhyaksa, selain Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga pantas dianggap sebagai Bapak Bangsa Indonesia. "Perjuangannya diakui sebelum dan setelah kemerdekaan Indonesia, sehingga pantas beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah".
Di awal kemerdekaan, Adhyaksa menambahkan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyumbang 6,5 juta Gulden untuk membiayai kebutuhan pemerintah Indonesia di masa teramat sulit. "Yogyakarta sudah tidak punya apa-apa lagi, silahkan lanjutkan pemerintahan ini di Jakarta, begitu kata Kak Sultan ketika menyerahkan uang tersebut. Hal ini membuat Soekarno tak sanggup menahan air matanya," ujarnya.
Menurut Adhyaksa, banyak kisah keteladanan dari sosok Bapak Pramuka itu yang belum diketahui generasi sekarang. Berdiri dan hidupnya Gerakan Pramuka di 34 Provinsi hingga sekolah-sekolah di Indonesia, bahkan di luar negeri hari ini tidak lepas dari perannya.
Sosok Sultan juga berkontribusi dalam pembentukan Kwartir Daerah di tiap provinsi. "Hari ini kita bisa menyaksikan di seluruh wilayah NKRI, ratusan ribu bahkan jutaan Pramuka dengan ikhlas turun ke jalan sebelum dan sesudah lebaran dengan tujuan melancarkan mudik, membantu pemerintah, membahagiakan masyarakat," ujarnya.
Tidak sekadar gerakan, Adhyaksa mengatakan, pramuka adalah relawan-relawan tangguh yang selalu hadir saat hari-hari besar keagamaan, kebakaran hutan, kecelakaan, dan bencana alam di Indonesia. Lima tahun terakhir, bahkan Pramuka ikut membantu bencana alam dan masalah kemanusiaan di Myanmar, Nepal, dan Palestina.
Di usia Gerakan Pramuka yang sudah 56 tahun ini, tambah Adhyaksa, tantangannya semakin beragam. "Salah satu metode paling efektif dalam pendidikan budi pekerti adalah dengan menyampaikan fakta-fakta keteladanan, keikhlasan. Dan fakta-fakta tersebut ada dalam rekam jejak Kak Sultan, Bapak Pramuka Indonesia, Bapak Bangsa Indonesia," ucapnya.