Ahad 25 Feb 2018 16:45 WIB

Warga Bogor Antusias Saksikan Reog Sunda

Reog Sunda adalah kesenian Jabar yang memadukan seni tari, lawak dan cerita sosial.

Seniman dan Budayawan Sunda
Foto: jabarprov.go.id
Seniman dan Budayawan Sunda

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR  -- Gelak tawa pecah di Gang Bengkel, Tajur, Bogor Timur, Kota Bogor. Ratusan warga antusias menyaksikan pentas seni tradisional bertajuk Doremi (Dogdog Reog Milenium) yang dihelat tim pemenangan pasangan calon Bima Arya-Dedie Rachim (Badra), Sabtu (24/2) sore. 

Bahkan, rintik hujan yang mengguyur Gang Bengkel pun tak menyurutkan animo warga dan relawan pendukung Bala Badra untuk bersilaturahmi dan melihat secara langsung hiburan kesenian rakyat yang nyaris punah itu. 

Ya, adalah Reog Sunda, kesenian khas Jawa Barat yang memadukan antara seni tari, lawak, lagu, dan cerita sosial. Reog Sunda dimainkan oleh empat orang, yaitu seorang dalang yang mengendalikan permainan, wakilnya dan dua pelawak atau disebut bodor.

Di Kota Bogor sendiri satu-satunya grup kesenian Reog Sunda yang masih eksis adalah Mbah Karna dan kawan-kawan. Dia bersama tiga rekannya terus melestarikan budaya tanah pasundan di tengah gempuran budaya luar.

Tentu saja, penampilan Mbah Karna sangat ditunggu-tunggu oleh warga. Anak-anak, dewasa hingga orang tua tampak antusias menyaksikan penampilan Reog Sunda. Sejumlah pesan moral pun disampaikan para personel reog. Di mana dalam menyambut pesta demokrasi ini harus tetap menjunjung tinggi keguyuban warga yang selama ini menjadi identitas Kota Bogor.  

“Saya baru pertama kali menyaksikan Reog Sunda ini secara langsung. Mungkin kalau Kang Bima Arya sering karena beliau yang menjadi Pembina grup kesenian ini. Reog Sunda saya pikir bagus. Saya surprise, anak-anak sampai orangtua menikmati betul pertunjukan ini. Ke depan perlu terus diperhatikan dan distimulus supaya ada regenerasi,” kata Dedie di lokasi dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (25/2).

Sementara itu, Iping (42) salah satu personel Reog Sunda Kota Bogor mengaku bangga bisa diajak pasangan Badra untuk menggairahkan kebudayaan ini. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau melestarikannya. Kesenian reog ini tidak ada regenerasinya. Lebih ke hanya orang-orang yang memiliki jiwa di kesenian ini,” ucap dia. 

Iping menambahkan, gempuran budaya luar yang dengan mudah diterima oleh generasi kekinian, menambah budaya tradisional makin tenggelam. “Anak-anak muda kurang interest. Salah satunya pengaruh budaya luar gampang masuk dan diterima sehingga  kearifan lokal makin ditinggalkan dan dianggap kuno. Saya mengapresiasi pasangan Badra ini yang konsisten membumikan kembali Reog Sunda di setiap kesempatan,” jelas Iping.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement