Sabtu 24 Feb 2018 21:25 WIB

Kriteria Cawapres Ini Dinilai Tepat untuk Jokowi

capres dan cawapres itu harus betul-betul memiliki chemistry

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joko Widodo (kiri) disambut oleh Panitia Pengarah Rakernas PDIP Prananda Prabowo (kedua kiri), Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto (ketiga kiri), Menteri Hukum dan HAM yang juga kader PDIP Yasonna Laoly (kedua kanan) dan Menteri Dalam Negeri yang juga kader PDIP Tjahjo Kumolo (kanan) dalam pembukaan Rakernas III PDIP di Sanur, Bali, Jumat (23/2).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Presiden Joko Widodo (kiri) disambut oleh Panitia Pengarah Rakernas PDIP Prananda Prabowo (kedua kiri), Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto (ketiga kiri), Menteri Hukum dan HAM yang juga kader PDIP Yasonna Laoly (kedua kanan) dan Menteri Dalam Negeri yang juga kader PDIP Tjahjo Kumolo (kanan) dalam pembukaan Rakernas III PDIP di Sanur, Bali, Jumat (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI --Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDI Perjuangan, Ahmad Basarah mengatakan hingga saat ini belum ada pembicaraan mengenai sosok calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo (Jokowi). Namun menurut Basarah, ada beberapa kriteria cawapres yang dinilai cocok mendampingi Jokowi di pilpres 2019 mendatang. Basarah menjabarkan, kriteria yang harus dimiliki oleh cawapres Jokowi adalah figur yang dwitunggal.

 

"Bangsa Indonesia hari ini dan ke depan menghadapi tantangan hidup yang tidak mudah, ada ancaman ideologi liberalisme, kapitalisme, dengan segala operandinya, ada fundamentalisme, radikalisme, maka capres dan wapres Indonesia ke depan adalah dua figur yang harus dwitunggal, baik dalam ideologi, pemikiran, maupun sikap kenegaraannya," kata Basarah di Hotel Grand Inna Beach Bali, Denpasar, Bali, Sabtu (24/2).

Selain itu kriteria elektoral juga dinilai penting untuk mendongkrak suara Jokowi. Tidak hanya itu, kecocokan diantara keduanya juga menjadi hal yang penting agar bisa saling bekerja sama.

"Karena ini dwitunggal, capres dan cawapres itu harus betul-betul memiliki chemistry untuk bisa saling bekerja sama," jelasnya.

Mengenai dwitunggal, lebih lanjut Basarah menjelaskan dwitunggal itu seperti Bung Karno dan Bung Hatta yang tidak berjalan sendiri-sendiri. Basarah menganalogikan antara capres dan cawapres harus seperti dua rel kereta api. Jika presiden dan wapres jalan sendiri-sendiri, menurutnya kereta NKRI bisa terbalik, dan penumpangnya bisa cacat.

"Dia harus kokoh diikat oleh bantalan-bantalan kereta, ini semacam ideologinya antara presiden dan wapres, sehingga dia dapat mengantarkan kereta NKRI ini sampai tujuan, sehingga oleh karena itu, chemistry yang dimaksud adalah kepemimpinannya yang satu visi, satu misi, dan satu tujuan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement