Jumat 23 Feb 2018 05:15 WIB

7 Faktor yang Menggerus Elektabilitas Jokowi

Elektabilitas Presiden Joko Widodo turun jadi 35 persen pada Februari.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Didi Purwadi
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers terkait polemik Pati Polri jadi penjabat gubernur, Rabu (31/1)
Foto: Debbie Sutrisno/Republika
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers terkait polemik Pati Polri jadi penjabat gubernur, Rabu (31/1)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Media Survei Nasional (Median) periode 1-9 Februari 2018 menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami penurunan tipis dari 36,2 persen pada Oktober 2017 menjadi 35,0 persen pada Februari ini. Direktur Median, Rico Marbun, menuturkan beberapa faktor yang menyebabkan penurunan elektabilitas Jokowi.

Berdasarkan hasil survei Median, masih banyak masyarakat yang tidak puas dengan perekonomian di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Sebanyak 37,9 persen responden menilai Jokowi belum mampu mengatasi masalah ekonomi.

''Masalah ekonomi ini yang paling meresahkan publik," ujar Rico Marbun kepada Republika.co.id, Kamis (22/2).

Dari sisi ekonomi, mayoritas publik menilai kesenjangan ekonomi semakin tinggi di Indonesia. Faktor ekonomi lainnya yakni lapangan pekerjaan yang sulit dicari.

Harga-harga bahan pokok yang naik juga menjadi salah satu pertimbangan penilaian buruk publik kepada pemerintah. Selain itu, banyaknya kasus korupsi dan dominasi Cina pada ekonomi Indonesia juga menjadi keresahan masyarakat.

Selain lima faktor dari sisi ekonomi tersebut, ada faktor lainnya yang menyebabkan penurunan elektabilitas Jokowi. Yakni, publik juga tidak menyetujui sikap pemerintah menangkap para ulama dan aktivis Islam yang melakukan Aksi Bela Islam di Jakarta.

Kunjungan Jokowi ke Afghanistan juga menjadi faktor lainnya penyebab penurunan elektabilitas Jokowi. ''Sebanyak 39,05 persen responden menilai kunjungan Jokowi ke Afghanistan sebagai bentuk pencitraan,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement