Kamis 22 Feb 2018 09:48 WIB
Penyerangan Ulama Marak

Pengamat Intelijen: Waspadai Serangan Jelang Waktu Shubuh

Waktu menjelang Subuh, merupakan masa orang paling lengah dan mudah dimanfaatkan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus Yulianto
Soeripto (kanan)
Foto: ANTARA
Soeripto (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kasus penyerangan dan intimidasi terhadap tokoh agama dan ulama kian marak dalam beberapa pekan terakhir. Beberapa pelaku berhasil ditangkap, namun tidak sedikit kasus intimidasi seperti penandaan di masjid dan rumah ulama luput dari pantauan.

Pengamat Intelijen Soeripto mengingatkan, kepada masyarakat untuk menjadi kewaspadaan atas model serangan dan intimidasi seperti ini. Kata dia, ada baiknya masyarakat bersiaga di waktu-waktu setelah dini hari dan jelang Subuh.

Menurutnya, waktu menjelang Subuh, merupakan masa orang paling lengah dan mudah dimanfaatkan untuk penyerangan atau intimidasi secara cepat tanpa diketahui. "Kalau kita lihat indikasi lengahnya. Waktu jelang Subuh yang perlu diantisipasi agar dijaga oleh masyarakat," ujar Soeripto kepada wartawan, Rabu (21/2).

Namun, bukan juga berarti waktu selain Subuh itu aman dari serangan. Waktu selain Subuh tentu bisa digunakan untuk melancarkan serangan dan intimidasi, namun bisa dipastikan banyak pihak yang mengawasi dan berpotensi besar tertangkap.

"Karena itu situasi yang paling mencekam dan sepi itu menjelang Subuh atau waktu shubuh," tegasnya.

Dia menyebut, banyak kasus serangan terhadap tokoh dilakukan jelang waktu shubuh. Seperti diketahui kasus ninja dan dukun santet di daerah Jawa Timur pada awal-awal Reformasi. Para penyerang ini dulu beroperasi pada waktu-waktu shubuh, termasuk penyerangan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan.

Diakui dia, cara serangan terhadap tokoh agama dan ulama ini bukanlah hal yang baru terjadi di Indonesia. Dahulu pada era orde lama dan orde baru hal ini pun pernah terjadi. Dan seringkali intimidasi dan penyerangan itu dilakukan pada waktu jelang shubuh ketika orang orang masih pulas tertidur dan lengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement