Rabu 21 Feb 2018 13:55 WIB

Habib Riziek, Iberia, Syekh Yusuf: Kisah Pengasingan Ulama

Banyak Sultan dan ulama diasingkan ke berbagai tempat yang jauh dan asing.

Gambar Sunan Pakubuwono X mengunjungi Kampung Luar Batang tahun 1920-an.
Foto:
Perlawanan rakyat Ternate. (Foto koleksi DR Muridan: Sampul buku tentang perjuangan Sultan Nuku)

 Lalu di wilayah mana lokasi pengasingan itu? Pada intinya para kolonial barat itu berusaha menjauhkan mereka dari warga atau umatnya. Ada nama tempat pengasingan yang bagi penguasa Jawa sangat terkenal dan sekaligus ditakuti. Nama itu adalah salah-satunya Pulau Ambon. Bila mendengar pulau Ambon semua orang akan bergidik ngeri, mereka takut bila ikut di asingkan (excile) di pulau itu.

Apakah hanya Ambon? Ternyata sama sekali tidak. Wilayah lain di Sumatra yang kala itu dianggap terpencil, seperti Bengkulu dan Sumatra Timur bagian utara — jadi pilihan. Tak cukup di dalam negeri, mereka juga membuang para raja dan ulama ke negeri asing yang juga menjadi kekuasaannya para pelatut Iberia itu. Maka terdengar nama negeri yang kondang yakni Sri Langka (Ceylon) karena di sana pusat VOC untuk Hindia Timur, hingga ke Afrika Selatan (Tanjung Harapan) seperti yang terjadi pada diri Syekh Yusus dari Makassar itu. Khusus untuk Syel Yusuf, selain di negara asalnya diakui sebagai pahlawan nasional, di negeri Nelson Mandela dia sudah lama diakui pula sebagai pahlawan nasional Afrika Selatan.

photo
Orang-orang dari Semenanjung Iberia ketika menjajah di Sri Langka. Dahulu ini adalah wilayah Belanda, tapi kemudian dikuasai Prancis. Foto petinggi pasukan Perancis di Srilangka tahun 1921. (fota:gahetna.nl)

Bahkan belakangan ditemukan fakta dan data bila lebih dari seratus tahun silam, Sri Lanka atau Ceylon pernah menjadi pulau pembuangan para tahanan politik pemerintah Hindia Belanda. Sri Lanka, yang antara tahun 1640-1796 dikuasai Belanda, merupakan tempat pengasingan kedua setelah Tanjung Harapan yang ada di wilayah Afrika Selatan.

Namun, mengingat lokasinya lebih dekat dengan nusantara, Sri Lanka lebih disukai Belanda ketimbang Tanjung Harapan, yang tampaknya disediakan untuk tokoh-tokoh "buangan" kelas berat. Banyak raja dan paneran dan ulama pernah merasakan hidup dalam pengasingan di sana.

Namun, uniknya Islam di Sri Lanka tumbuh bersama orang-orang "buangan" ini. Secara geografis, Sri Lanka terisolasi dari pusat-pusat utama kebudayaan dan peradaban Muslim. Akan tetapi, dilansir dari Rootsweb Ancestry, Sri Lanka tercatat sebagai pulau tempat pertemuan lintas budaya.

KM De Silvas dalam Historical Survey, Sri Lanka - A Survey menulis, "Sekitar abad ke-8, orang-orang Arab telah membentuk koloni di berbagai pelabuhan penting di India, Sri Lanka, dan Hindia. Kehadiran orang-orang Arab di pelabuhan Sri Lanka setidaknya dibuktikan oleh tiga prasasti yang ditemukan di Kolombo, Trincomalee, dan Pulau Puliantivu."

Populasi Muslim Sri Lanka berkisar 10 persen dari total 16 juta jiwa. Mereka dominan di pesisir timur dan barat pulau itu. Meski kebanyakan menganut patriarki, sebagian Muslim di bagian timur pulau menelusuri garis keturunan mereka lewat jalur perempuan. Mayoritas menganut Buddha, yang masuk ke pulau itu dari India selama pemerintahan Raja Devanampiya Tissa pada 307-267 SM.

Faktor yang mendukung pertumbuhan komunitas Muslim di Sri Lanka bervariasi. Etnis mayoritas Sri Lanka, Sinhala, tidak tertarik pada perdagangan sehingga bidang ini demikian terbuka lebar untuk umat Islam.

Raja Sinhala menganggap permukiman Muslim menguntungkan karena menjalinkan hubungan dengan luar negeri, baik ekonomi maupun politik. Toleransi agama penduduk lokal juga faktor penting yang mengembangkan permukiman Muslim di Sri Lanka.

Permukiman awal komunitas Muslim ini didirikan, terutama di sekitar pelabuhan untuk kepentingan perdagangan. Karena banyak pedagang Arab tidak mungkin membawa kaum hawa mereka, terjadilah perkawinan dengan wanita Sinhala atau Tamil di pulau itu. Islamisasi terjadi lewat jalur perkawinan. Selain itu, Islam juga menarik minat anggota kasta rendah yang kurang beruntung di tengah masyarakat Tamil.

                                                                      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement