Selasa 20 Feb 2018 19:49 WIB

Menkes: Penderita Gangguan Jiwa tak Bisa Disetir

Penderita gangguan kejiwaan memiliki halusinasi sendiri sehingga tak bisa disetir

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk
Foto: Republika/Wihdan
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kasus penyerangan terhadap pemuka agama diduga dilakukan oleh pelaku yang mengalami gangguan kejiwaan dan juga gangguan kepribadian. Menteri Kesehatan Nila Moeloek menuturkan, penderita gangguan kejiwaan memiliki halusinasi sendiri sehingga tak bisa disetir ataupun didoktrin oleh orang lain untuk melakukan penyerangan.

"Mereka punya halusinasi sendiri. Tapi jadi gini, kalau kita stres, kita keluar halusinasi sendiri. Halusinasi-halusinasi itu tergantung. Jadi tidak bisa disetir, enggak ada. Macam-macam sih ya," ujar Nila diKompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (20/2).

Terkait pelaku penyerangan terhadap pemuka agama, Nila berpendapat, mereka harus diobati karena terus menerus mengalami halusinasi. Jadi dia selalu ada yang bisik di telinganya. Jadi dia merasa ada yang bisiki. Misalnya dia bilang, saya pernah tanya, kamu kenapa? Bapak saya mau bunuh saya. Itu terus. Bapaknya mungkin enggak mau bunuh dia, tapi di benak dia itu terus. Nah, itu bisa memicu dia kalau bapaknya, dia pikir mau bunuh, dia duluan yang membunuh," jelas dia.

Nila pun mengimbau agar Dinas Kesehatan di berbagai daerah turut menangani penderita gangguan kejiwaan melalui deteksi dini. Bisa dengan psikolog, psikiater. Jadi artinya, diberi ruang untuk bisa dia curhat," tambah Nila.

Dalam beberapa pekan terakhir ini terjadi serangan terhadap beberapa pemuka agama. Serangan pertama menimpa Pengasuh Pondok Pesantrenal-Hiadayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri, Sabtu (27/1). Serangan kedua terjadi pada 1 Februari 2018 dengan korbanUstaz Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis). Prawoto meninggal dunia oleh serangan yang dilakukan oknum tetangga yang didugaalami gangguan kejiwaan.

Kemudian ada serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut oleh enam orang tak dikenal. Ada juga seorang pria yang bermasalah dengan kejiwaannya bersembunyi di atas Masjid At Tawakkal Kota Bandung mengacung-acungkan pisau.

Pada Ahad (11/2) ini, pendeta dan jemaat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY, diserang. Empat jemaat luka-luka dan pendetayang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang. Dan serangan terakhir terjadi di Lamongan, Jawa Timur. Pelaku yang diduga mengalami gangguan kejiwaan melakukan penyerangan terhadap KH Hakam Mubarok, pimpinan pondok pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement