Selasa 20 Feb 2018 19:14 WIB

Kapolda: Saya Belum Puas Pemicunya Belum Terungkap

Hasil penyidikan memastikan bahwa pelaku penyerangan mengalami gangguan jiwa.

Rep: Djoko Suceno/ Red: Agus Yulianto
Silaturahim Kapolda Jabar dengan ulama
Foto: Republika/Djoko Suceno
Silaturahim Kapolda Jabar dengan ulama

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kapolda Jabar Irjen Pol Drs Agung Budi Maryoto mengatakan, beberapa kasus penganiayaan terhadap ulama di wilayahnya berhasil diungkap. Namun, dia mengaku, merasa belum puas atas pengananan kasus tersebut lantaran pemicunya belum terungkap.

"Semuanya bisa diungkap oleh anggota kita di lapangan. Jujur saya belum puas pemicunya belum terungkap," kata dia dihadapan pimpinan dan tokoh agama yang tergabung dalam Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jawa Barat, Selasa (20/2) di Mapolda Jabar.

Pertemuan tersebut mengambil tema "Silaturahim Kapolda Jabar dengan Tokoh Agama dan Pengurus FKUB dalam Rangka Mewujudkan Kamdagri yang Aman dan Kondusif". Dalam pertemuan tersebut hadir sejumlah tokoh lintas agama hingga pimpinan MUI Jawa Barat. Acara silaturahim tersebut pun menjadi ajang masukan dari pimpinan dan tokoh agama yang tergabung dalam FKUB.

Menurut Kapolda, dari hasil penyidikan terhadap dua kasus penganiayaan yang menimpa Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah, Santiong, Kecamatan Cicalengka, KH Umar Basri dan Komando Brigade PP Persis, Ustaz HR Prawoto di rumahnya Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan, dipastikan pelakunya mengalami gangguan jiwa.

"Kalau dokter nggak percaya gimana? Dokter yang nyampaikan (pelaku gangguan jiwa) bukan kapolda," kata kapolda kepada para wartawan usai acara silaturahim.

Kapolda menuturkan, selain menangani secara hukum, polisi juga melalukan langkah lainnya dengan menghubungkan fakta-fakta sosial yang terjadi unuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara satu kasus dengan kasus lainnya. "Tapi proses hukum jalan terus meski dia dinyatakan gila. Hakim nanti yang akan menentukan," ujar dia.

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Barat, H Zulkarnaen, mengatakan, kasus penganiayaan yang menimpa beberapa ulama dan di antaranya terjadi di dalam masjid menimbulkan keresahan di kalangan pengurus DKM. Karena itu, para pengurus DKM berinisiatif membentuk seksi keamanan untuk mengantisipasi terulangnya kasus serupa.

"Kami berharap polisi bisa bisa meningkatkam silaturahim dengan pengurus DKM. Bahkan pengurus DKM di wilayah pantura mengharapkan adanya pertemuan dengan jajaran Polri," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement