Ahad 18 Feb 2018 01:03 WIB

Keturunan Cina Ini Ikut Berjuang Lawan Kolonialisme

Ong Hok Liong ikut berkontribusi dalam memberikan bekal kepada tentara Indonesia.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Agus Yulianto
Foto Ong Hok Liong dan istri.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Foto Ong Hok Liong dan istri.

REPUBLIKA.CO.ID, Keberagaman merupakan hal yang sudah mengikat kuat di negeri Indonesia sedari dulu. Bahkan, ikatan kuat ini telah terbentuk dan terbukti jelas pada masa kolonialisme, baik di masa Belanda maupun Jepang.

Di Malang, terdapat sosok yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat setempat. Sosok Ong Hok Liong mungkin lebih dikenal sebagai pendiri perusahaan rokok, Bentoel. Namun, tak banyak yang tahu bahwa pria yang lahir di Bojonegoro tersebut memiliki kontribusi besar pada perjuangan kemerdekaan Indonesia di Malang saat itu.

photo
Museum Bentoel Prima di Malang.

Petugas Museum Bentoel Prima, Denish Eriyani menerangkan, Ong Hok Liong pada awalnya hanyalah masyarakat biasa yang mencoba memperbaiki kehidupan ekonominya dengan berpindah ke Malang dari Bojonegoro. Pria kelahiran 12 Agustus 1893 ini mulanya berjualan kelontong seperti sembako dan sebagainya ke sejumlah masyarakat sekitar.

"Dan pada tahun 1930, Ong Hok Liong bersama tetangganya mulai join membuat usaha rokok kecil-kecilan bernama 'Strootjes Fabriek Ong Hok Liong'," kata Denish saat ditemui Republika.co.id, di Museum Bentoel Prima Kota Malang, Sabtu (17/2).

Perusahaan itu pun terus berkembang, meski berada di masa penjajahan. Hingga tibalah suatu masa di mana Malang mendapatkan penyerangan besar-besaran dari Belanda. Ong Hok Liong bersama keluarga dan pekerjanya mengungsi ke Gunung Kawi saat peristiwa Agresi Militer II, 1948.

Menurut Denish, Ong Hok Liong tak tinggal diam memperhatikan wilayah tempat tinggalnya diserang para kolonial. Berdasarkan cerita yang ada, Denish menyebutkan, Ong Hok Liong ikut berkontribusi dalam memberikan bekal kepada para tentara Indonesia. "Jadi ada semacam besek (wadah), dia kasih rokok dan uang buat para tentara saat itu," kata dia.

Secara detail, dalam buku Malang Tempoe Doeloe Jilid I disebutkan sosok Ong Hok Liong dikenal sangat mengutamakan kegiatan kemanusiaan dibandingkan mengejar harta. Hal ini terbukti pada saat NICA yang diboncengi Belanda melancarkan agresi militer kedua menyerbu Jawa di 1948. Dia dikenal sering membantu para tentara atau republieken dalam hal apapun.

Ong dalam buku serupa dikatakan seringkali menyembunyikan para tentara yang dikejar serdadu Belanda di dalam pabriknya. Tindakan ini dianggap nekat karena berisiko tinggi pada kelangsungan bisnis, bahkan hidupnya. Lebih parah lagi, apabila diketahui serdadu pabriknya bisa saja dilempar granat dan hancur seketika.

Sementara ihwal bantuan besek, Ong dikenal tidak sekali dua kali memberikan bantuan pada para tentara. Bantuan di dalam wadah berbentuk persegi empat dari anyaman bambu tipis ini biasanya berisi rokok. Bahkan, tak jarang dia juga mengisikan bantuan berupa uang dengam memgirimnya melalui kurir ke tempat para tentara.

Pada suatu kejadian, besek berisi uang dengan berat lima kilogram Ong ini diceritakan sempat terbuka sedikit. Si kurir sempat melihat isinya, tapi Ong tetap mempercayakan kiriman itu kepadanya. Nyatanya, kiriman ini selalu utuh sampai di tempat tujuan, Jakarta.

photo
Museum Bentoel Prima di Malang.

Menurut Denish, sikap yang dilakukan Ong kala itu tak lepas dari kecintaannya pada tanah air, Indonesia. Meski sedikit, Ong bersikukuh untuk tetap memberikan kontribusi untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini termasuk melindungi para tentara Indonesia dari serangan para penjajah. "Itu bentuk kontribusinya sebagai warga negara Indonesia," jelas perempuan berhijab ini.

Saat ini, Bentoel sendiri dibeli oleh British American Tobacco p.I.c yang merupakan perusahaan tembakau terbesar kedua di dunia. Pengalihan ini terjadi pada 2009 lalu mulai menyatu dengan PT BAT Indonesia Tbk dengan nama Bentoel Group di 2010. Kemudian di 2012, perusahaan tersebut mulai memproduksi Dunhill Fine Cut Mild yang sudah dijual ke berbagai negara.

Untuk mengetahui sejarah perjalanan Bentoel terutama sosok Ong, masyarakat bisa mengunjungi Museum Bentoel Prima. Museum yang buka dari Rabu hingga Senin ini berada di Jalan Wiro Margo Nomor 32, Sukoharjo, Klojen, Kota Malang. Masyarakat umum dapat mengunjunginya dari pukul 10.00 sampai 16.00 WIB secara gratis.

Menurut Denish, dalam sehari setidaknya terdapat 10 sampai 15 orang yang mengunjungi museum dari berbagai daerah. Jumlah ini akan meningkat apabila di hari libur atau akhir pekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement