REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Penutupan Jalur Puncak, Bogor, pascalongsor pada Senin (5/2) diperkirakan bisa berlangsung selama sebulan sampai tiga bulan. Jangka waktu ini jauh lebih panjang dibanding dengan prediksi awal yang memperkirakan perbaikan jalur hanya memakan waktu satu hingga dua pekan.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto menjelaskan, perkiraan ini sudah didiskusikan antarpihak yang berkepentingan, di antaranya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera). Menurut mereka, paling cepat sebulan selesai.
"Sebab dari hasil kajian, bawah tanah di sini mengandung air," ujarnya saat meninjau lokasi longsor di Riung Gunung, Puncak, Bogor, Sabtu (17/2).
Faktor penyebab lainnya adalah kehadiran pedagang kaki lima (PKL) dan warung yang masih berjualan di sejumlah titik di jalur Puncak. Agung menjelaskan, lapak mereka diduga menutup saluran air. Dampaknya, air hujan yang seharusnya terbuang dan mengalir dengan lancar jadi menumpuk, membuat tanah semakin gembur hingga mudah longsor.
Tentara membantu salah satu warga berjalan saat evakuasi longsor di Jalur Utama Puncak, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/2).
Dari hasil diskusinya dengan Kemenpupera, Agung mengatakan, tanah di kawasan longsor akan dicek terlebih dahulu di laboratorium. Hal ini dilakukan agar pelaksana teknis bisa mendapatkan solusi tepat terkait perbaikan jalur longsor secara permanen.
Kajian ini juga terkait dengan potensi longsor di titik lain yang masih berada di jalur Puncak. "Puncak ini kan menjadi favorit masyarakat. Makanya, perlu disurvei lagi lokasi berpotensi longsor supaya ada tindak pencegahan sebelum terjadi longsor sehingga, ketika kita lewat puncak, tidak ada lagi kecemasan,"ujarnya.
Terkait penyelesaian proyek perbaikan dan pembukaan jalur Puncak, Agung belum bisa menyebutkan waktu pasti. Tapi, menurut paparan Kemenpupera, perbaikan setara permanen baru bisa rampung sebelum Lebaran yang jatuh pada pertengahan Juni atau memakan waktu setidaknya tiga bulan.
Agung tidak menampik, keputusan ini akan membuat banyak pihak merasa merugi, baik dari masyarakat maupun pengusaha di jalur Puncak yang terdampak. "Kami hanya ingin memprioritaskan aspek keselamatan. Daripada dibuka, beban kendaraan berat dan curah hujan tinggi, kemungkinan longsor tinggi lagi," ujarnya.
Kepada Kemenpupera, Agung menganjurkan memberitahu kepada masyarakat tentang kemungkinan perpanjangan larangan mengakses jalur Puncak. Ia juga berharap partisipasi lebih dari Pemerintah Kabupaten Bogor untuk sosialisasi kepada para pedagang yang masih bandel berdagang di titik rawan. Terkait hal ini, kepolisian akan membantu melancarkan kegiatan.
Kepala Penelitian dan Pengembangan Kemenpupera Danis Hidayat Sumilaga, menjelaskan, lamanya perbaikan dikarenakan penguatan pondasi jalur Puncak, terutama di dua titik rawan, yaitu Gunung Mas dan Riung Gunung. "Titik-titik ini di mana separuh jalannya ambles sehingga harus dilakukan penguatan pondasi dan pelebaran jalan, ucapnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (14/2).
Penguatan pondasi dilakukan dengan pengikisan dinding lereng. Kemudian, dilanjutkan dengan pembangunan terasering dan pemadatan tanah sebagai antisipasi pencegahan longsor secara permanen. Danis mengakui, proses inilah yang akan memakan waktu lama.
Rencana awal, kepolisian, Kemenpupera dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan penutupan jalur hanya memakan 10 hari atau kembali dibuka pada libur panjang Imlek ini. Tapi, sampai Sabtu (17/2), masyarakat masih belum bisa mengakses jalur Puncak.