REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Dakwah dan Sosial Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar menyelenggarakan seminar nasional dengan tema Membedah Pemikiran Buya Hamka dalam bidang Teologi, Fiqh, Harakah, Sastra, Pendidikan dan Tasawuf. Seminar tersebut diselenggarakan dalam rangka Milad ke-66 YPI Al Azhar dan Milad ke-110 tahun Buya Hamka.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Zulkifli Hasan memberi sambutan dan membuka secara resmi Milad ke-66 YPI Al Azhar. Zulkifli memandang Buya Hamka sebagai sosok yang langka. Buya Hamka dinilai sebagai sosok yang mempunyai pandangan jauh ke depan dan visioner.
"Buya Hamka langka, melihat Indonesia panjang dan visioner," kata Zulkifli usai membuka Milad ke-66 YPI Al Azhar di Aula Buya Hamka Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Kamis (15/2).
Ia mengatakan, Buya Hamka merupakan seorang ulama, budayawan sastrawan sekaligus politisi. Tapi pandangan beliau panjang dan jauh ke depan untuk kepentingan bangsa dan negara. Hal inilah yang harus ditiru dari sosok Buya Hamka.
Menurutnya, politisi sekarang berpikirnya pendek-pendek. Cara pandangnya setahun, dua tahun sampai lima tahun. Cara berpikir seperti ini yang kadang-kadang membuat salah jalan. Makanya ada yang terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) karena berpikir pendek.
"Bagaimana jadi lagi (pejabat), bagaimana jadi lagi sehingga tidak berpikir panjang, tidak berpikir untuk bagaimana Indonesia jaya untuk masa yang akan datang," ujarnya.
Mengenai keteladanan Buya Hamka dalam berpolitik, dikatakan Zulkifli, Buya Hamka menganut politik kebangsaan. Politiknya untuk kepentingan bangsa dan negara, bukan berpolitik untuk dirinya, kelompoknya, golongannya dan kepentingan jangka pendek. "Buya Hamka visioner, itulah saya kira yang perlu kita tiru," jelasnya.
Zulkifli yang juga sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) menyampaikan, kata Buya Syafi'i, politisi rata-rata rabun ayam. Artinya pandangan dan pikirannya pendek-pendek. Akibat rabun ayam banyak yang terkena OTT, karena hanya berpikir bagaimana jadi pejabat lagi dan menghalalkan segala cara.
Oleh karena itu, Zulkifli mengajak semuanya kembali ke nilai-nilai, pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Politisi harus akhlakul karimah, menganut politik kebangsaan bukan politik uang seperti sekarang. Kalau sekarang politik uang, melahirkan OTT dan kegaduhan. Hal seperti ini harus diakhiri.