REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor mencatat, musibah longsor di jalur Puncak, Bogor, pada Senin (5/2) memberikan dampak signifikan terhadap okupansi hotel. Setidaknya, terjadi penurunan 60 persen untuk hotel-hotel yang berada di kawasan Cisarua dan sekitarnya.
Ketua Penelitian dan Pengembangan PHRI Kabupaten Bogor, Sofyan Ginting, menjelaskan, penurunan okupansi dialami oleh 20-an hotel.
"Atau sekitar delapan persen dari 300-an hotel yang terdaftar di PHRI Kabupaten Bogor," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/2).
Penurunan okupansi ini dilihat dari tren permintaan reservasi pada akhir pekan. Secara keseluruhan, dampak dirasakan di kawasan Cipayung sampai dekat Gunung Mas, dengan angka penurunan yang bervariasi.
Tidak hanya hotel, Ginting mengatakan, dampak bencana juga dirasakan terhadap restoran. Jika biasanya sitting occupancy mencapai 50 persen, kini hanya 10 persen.
"Tidak sedikit yang bahkan sampai nol persen okupansinya," ucapnya.
Untuk mengantisipasi penurunan yang masih terjadi sampai hari ini, PHRI Kabupaten Bogor masih menggodok formula. Tapi, secara konstitusi, Ginting menuturkan sudah memberikan imbauan kepada media massa bahwa Puncak masih aman dikunjungi. Termasuk untuk mereka yang ingin menghabiskan libur panjang Imlek akhir pekan ini.
Ginting memprediksi, kondisi okupansi yang tengah menurun ini bisa berlangsung sampai sebulan ke depan.
"Sebab, cuaca pun lagi kurang mendukung, di mana masih berlangsung kondisi cuaca ekstrem," ucapnya.
Tidak hanya menunggu tindakan dari PHRI, Ginting mengimbau kepada pihak hotel untuk melakukan cara sebagai antisipasi penurunan okupansi. Salah satunya, mengadakan promosi terkendali yang kini sudah menjadi wewenang pihak internal tiap hotel.
Ginting berharap, pemulihan pascabencana bisa berjalan lebih cepat, dibantu dengan peranan secara aktif oleh pemerintah daerah setempat.