Selasa 13 Feb 2018 12:43 WIB

Anies, Prabowo, dan Jawa: Perspektif Kebangsaan ke Depan

Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan pidato politik usai Pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno menjadi Gubernur-Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta pada penetapan calon terpilih Pilkada DKI Jakarta oleh KPUD di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Jumaat (5/5
Foto:

Anies, pribumi dan keadilan Sosial

Kehadiran Anies dalam pentas politik nasional semakin nyata. Hal ini karena Anies menghadirkan isu pribumi dan keadilan sosial.

Isu pribumi, meskipun secara formal mengalami restriksi, namun secara faktual sangat nyata dan membesar saat ini. Bangsa Indonesia mengalami marginalisasi secara sistematis, baik oleh oligarki bukan pribumi maupun asing.

Prabowo menyinggungnya dalam pidato ulang tahun Gerindra kemarin lalu. Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, menyinggungnya dalam baca puisi karya Denny JA "Indonesia Bukan Kami Punya".

Tokoh-tokoh oposisi seperti Sri Bintang Pamungkas, Rachmawati Soekarnoputri, Hatta Taliwang masuk penjara tahun lalu dituduh makar, akibat gerakan ini. Isu pribumi menjadi tuan di negeri sendiri menjadi wacana mainstream.

Jokowi sendiri akhirnya sudah melakulan hal yang sama, dengan meminta Jusuf Kalla, Aburizal, Tito Karnavian masuk dalam agenda ini. (Tito dalam catatan penulis menyampaikan terbuka dihadapan aktivis di Jakarta).

Isu pribumi yang dihadirkan Anies, berbeda dengan lainnya, karena digandengkan dengan agenda keadilan sosial secara nyata. Berbagai program bertumpu pada "people centre economic" menjadi agenda utama Anies. Hal ini membuat Anies menjadi pemimpin yang ideal jika ingin dirujuk pada Bung Karno atau proklamator lainnya, satu kata dengan perbuatan: keadilan sosial.

Indonesia ke depan

Soal siapakah pribumi itu, kita akan perdebatkan nanti. Sosiolog Smith dan Ben Anderson misalnya berbeda melihat fenomena ini. Namun, ruang lingkup kita saat ini adalah melihat Jawa vs non-Jawa sebagaimana yang dimau Prabowo. Dalam hal ini selayaknya kita mengubur dalam dalam konsep presiden harus orang jawa. Lihatlah fenomena dua Jawa memperebutkan gubernur di tanah Batak/Melayu saat ini? Apakah kita kecewa? Apakah orang Batak/Melayu kecewa?

Tantangan terbesar bangsa ini adalah mengembalikan hak rakyat: keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Berbagai riset, seperti Bank Dunia maupun Megawati Institute pada akhir 2017, memperlihatkan pada kita bahwa bangsa ini semakin jauh dari cita cita kemerdekaan. Tidak nampak gunanya kemerdekaan ini buat seratusan juta orang miskin.

Oleh karenanya, sebuah perspektif yang harus dijadikan arus utama bangsa kita kedepan adalah keadilan sosial. Bukan soal Jawa vs non-Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement