REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam tempo sehari, Gojek mendapatkan suntikan dana segar bernilai triliunan rupiah dari dua perusahaan raksasa nasional, Astra International dan Grup Djarum melalui anak perusahaannya, Global Digital Niaga (GDN).
Masuknya dua perusahaan nasional itu menambah panjang investor, baik asing maupun lokal, yang telah menanamkan modalnya di Gojek. Berikut beberapa investor besar yang diketahui telah menanamkan modalnya di perusahaan asal Indonesia yang dibentuk tujuh tahun lalu ini.
Investasi kolektif senilai Rp 7,2 triliun
Pada Agustus 2016, sejumlah investor dilaporkan menyuntikkan dana sebesar 550 juta dolar AS atau setara Rp 7,2 triliun ke Gojek. Para investor ini terdiri dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Markets,
Direktur KKR Asia, Terence Lee, mengungkap alasan masuknya para investor ini ke Gojek. Gojek dinilai fokus pada solusi online yang inovatif dan terjangkau. Gojek menyediakan layanan yang pas dengan kebutuhan masyarakat Indonesia sehari-hari.
Duo investor Cina
Pada awal 2017, dua perusahaan raksasa asal Cina, Tencent dan JD.com, dikabarkan menggelontorkan dana triliunan rupiah ke Gojek. Diawali, perusahaan raksasa internet Cina, Tencent, yang disebut-sebut menginvestasikan dana sebesar 150 juta dolar AS atau Rp 2 triliun.
Lalu, perusahaan e-commerce JD.Com, ikut masuk ke Gojek dengan memberikan dana segar sebesar 100 juta dolar AS atau setara Rp 1,3 triliun. Namun jumlah resmi investasi yang ditanakam duo perusahaan asal negeri tirai bambu ini tidak diungkap ke publik.
Investasi Google
Pada akhir Januari 2018, Google, melalui perusahaan induknya, Alphabet, dikabarkan menyuntikkan modal ke Gojek. Tidak disebutkan secara pasti berapa nilai investasi yang digelontorkan perusahaan multinasional asal Amerika Serikat ini.
Namun, Google tidak masuk sendirian. Google menggandeng Temasek Holding, perusahaan online asal Tiongkok Meituan-Dianping, serta sejumlah investor lama Gojek untuk bersama-sama menggelontorkan dana segar senilai 1,2 miliar dolar AS atau Rp 16 triliun.
Dengan tambahan modal sebesar itu, seperti ditulis Reuters, nilai valuasi Gojek diperkirakan mencapai 4 miliar dolar AS atau setara Rp 53 triliun. Namun, nilai valuasi Gojek masih kalah dengan pesaingnya, Grab, yang diperkirakan telah melebihi 6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 80 triliun.
Astra dan Djarum
PT Astra International Tbk melakukan suntikan dana sebesar 150 juta dolar AS atau setara Rp 2 triliun untuk Gojek. Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto mengatakan ini investai terbesar Astra di bidang digital.
Dia mengharapkan investasi ini dimungkinkan akan mendorong era digitalisasi di Astra International. Dengan langkah bisnis ini, pihaknya percaya investasi tersebut sangat menarik meski tidak akan instan. "Gojek baru tujuh tahun. Tidak ada juga investasi sekejap. Yang penting kami percaya ini menjadi investasi jangka panjang dan memberi nilai tambah bagi kedua belah pihak," ungkap Prijono, Senin (12/2).
Saat ini pengemudi Gojek yang terdaftar mencapai satu juta orang dengan lebih dari 125 ribu mitra usaha dan 30 ribu penyedia jasa. Gojek juga memfasilitasi lebih dari 100 juta transaksi setiap bulannya.
CEO PT Global Digital Niaga Kusumo Martanto mengatakan salah satu alasan mau berinvestasi dengan Gojek karena memiliki kesamaan visi misi. "Kami mau bangun dan perluas jaringan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)," kata Kusumo di kawasan Senayan, Senin (12/2).
Selain itu, Kusumo memastikan masih banyak kolaborasi lain lagi yang akan dilakukan bersama Gojek. Menurutnya kolaborasi tersebut bisa dalam bentuk logistik, pembayaran, dan membangun produk serta tekno.
Namun, Kusumo tidak bersedia menyebutkan nilai investasi yang ditanam ke Gojek. Dikabarkan investasi Astra dan Djarum nilainya ratusan juta dolar AS.