Senin 12 Feb 2018 14:49 WIB

Tito: Belum Ada Kaitan Rangkaian Penyerangan Pemuka Agama

Penyerangan terhadap pemuka agama dinilai tindakan spontan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan, hingga saat ini polisi belum menemukan adanya keterkaitan dalam serentetan penyerangan terhadap pemuka agama. Tito menegaskan, kepolisian terus melakukan pendalaman pada semua kasus penyerangan tersebut.

Sampai saat ini, dalam kasus-kasus tersebut belum ditemukan adanya keterkaitan satu sama lain. "Sampai saat ini belum temukan indikasi itu, kita anggap ini spontan, fakta hukumnya spontan, tapi terus didalami," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Senin (12/2).

Tito menjelaskan, untuk dua kasus di Jawa Barat sudah terungkap bahwa, kriminal yang melakukan penganiayaan dan pembunuhan pada seorang ustaz akibat gangguan kejiwaan. "Kasusnya tetep kita tangani, tapi kita tidak berhenti untuk mendalami apakah berkaitan dengan kasus lain," kata Tito.

Untuk diketahui, di Jawa Barat, kasus penganiayaan terhadap ulama terjadi di waktu dan tempat yang berdekatan. Kasus pertama terjadi kepada Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri (Mama Santiong). Ia menjadi korban penganiayaan usai Shalat Subuh di masjid pada Sabtu (27/1). Kemudian muncul kasus baru yang bahkan menyebabkan meninggalnya Komando Brigade PP Persis, Ustaz Prawoto pada Kamis (2/1) pagi.

Baca: Belasan Pemuda Keroyok Ustaz, Polisi: Ini Kriminal Murni.

"Kasusnya kita lihat, lebih pada penganiayaan biasa, ada juga yang kriminal, pembunuhan terjadi, nah di beberapa tempat juga," ujar Tito.

Di Jakarta Barat, pada Ahad (11/1) kemarin, seorang Ustaz bernama Abdul Basit juga dikeroyok sekelompok pemuda. Kelompok pemuda tersebut, diketahui mengeroyok Abdul Basit karena alasan emosi. Pasalnya, Abdul Basit diketahui kerap menegur para pemuda tersebut yang kerap nongkrong hingga larut dan kencing sembarangan.

Kemudian peristiwa penyerangan seorang pastur di Sleman, Yogyakarta, Ahad (11/1) kemarin. Penyerangan itu menyebabkan Pastur Romo Karl Edmund Prier terluka bersama lima orang lainnya. Penyerangan ini pun belum ada keterkaitan dengan penyerangan pemuka agama lainnya.

"Saya tidak ingin kita berkembang pada spekulasi yang tidak jelas, dihubungkan, dikaitkan, kemudian timbul spekulasi spekulasi yg mencari dengan versi masing-masing yang akhirnya menimbulkan keresahan," kata Tito menegaskan.

Tito pun meminta masyarakat untuk tetap tenang dan percaya pada aparat. Ia meminta masyarakat tidak lantas terpovokasi dengan adanya serangkaian kasus ini."Jangan mau juga isu ini dimanfaatkan untuk merubah tatanan elemen masyarakat kita," ucap Tito.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement