Ahad 11 Feb 2018 17:02 WIB

Dua Kejadian Terkait Orang Gangguan Jiwa di Bogor

Dua kejadian tersebut terjadi selama sepekan terakhir

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Hazliansyah
Garis polisi.   (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Garis polisi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dua kasus terkait orang dengan gangguan jiwa terjadi dalah satu pekan di Bogor. Kejadian pertama terjadi pada Ahad malam (4/2) di dekat Pondok Pesantren Fajrul Islam, Sentul City, Bogor.

Kapolsek Babakan Madang, Wawan Wahyudin, menuturkan, saat itu, seorang perempuan tampak mondar-mandir di lingkungan pesantren sembari membawa tas.

"Menurut penuturan masyarakat setempat, tindakannya mencurigakan, jadi mereka mengamankannya," ujarnya ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Ahad (11/2).

Atas kecurigaan warga, perempuan tersebut kemudian dibawa ke Rumah Sakit Jiwa terdekat. Wawan memastikan, hasil observasi telah memastikan bahwa perempuan itu mengalami gangguan kejiwaan yang kini sudah diamankan di dinas terkait.

Terkait kepemilikan senjata tajam, Wawam menjelaskan, Polsek sedang melakukan penyelidikan. Sebab, kepolisian menerima bukti senjata tajam dari masyarakat, bukan langsung ditemukan di tas perempuan itu.

Terlebih, Wawan menambahkan, ukuran senjata tajam tidak sesuai dengan besar tas yang dipakai sang perempuan.

"Senjata tajamnya besar, seperti golok, sedangkan tas kecil, nggak cukup," katanya.

Untuk mengantisipasi kondisi serupa dan yang lebih mengancam, Wawan mengatakan, Polsek akan melakukan patroli lebih intensif. Tidak hanya kepolisian, juga dengan tokoh dan tingkatkan siskamling.

Selain di Sentul City, kasus kedua terjadi di wilayah Cigudeg, Bogor. Pada Selasa (6/2), seseorang dengan gangguan kejiwaan atas nama Jamhari melakukan penganiayaan terhadap petani durian bernama Sulaiman. Dua pihak masih tetangga dan masih kerabat.

Kepala Desa Banyu Asih, Mudis Sunardi, mengatakan, kejadian penganiayaan terjadi pada Selasa pagi sekitar pukul 06.00 WIB.

"Kesehariannya, Jamhari hanya mondar-mandir di lingkungan sekitar dan kerap berbicara tidak jelas," ucapnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (7/2).

Menurut keterangan saksi yang dihimpun Mardi, kejadian penganiayaan bermula ketika Jamhari datang ke rumah Sulaiman dan menawar durian dengan harga Rp 5 ribu. Korban menolak karena biasanya dijual sekitar Rp 30 ribu. Selain itu, disangka, pelaku bercanda.

Tapi, Jamhari nyatanya pulang dan kembali ke rumah Sulaiman dengan membawa senjata tajam berupa golok. Ia menghajar Sulaiman sampai babak belur yang akhirnya dilerai warga. Dalam kondisi luka, korban segera dibawakan ke rumah sakit terdekat.

Saat ini, Mudis sudah memastikan bahwa kedua belah pihak telah berdamai. Keduanya memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah.

"Pihak keluarga pelaku juga sudah membiayai pengobatan korban," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement