Selasa 06 Feb 2018 07:43 WIB

Duka dari Pembangunan Infrastruktur Jakarta

Suasana kondisi crane proyek pembangunan kontruksi jalur kereta ”double-dobel track (DDT)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Suasana kondisi crane proyek pembangunan kontruksi jalur kereta ”double-dobel track (DDT)" yang roboh di Matraman, Jakarta, Ahad (4/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rahma Zulistya/ Zahrotul Oktaviani/ Fergie Nadira/ Iit Septyaningsih

Kecelakaan kerja terkait pembangunan infrastruktur di Jakarta kembali terjadi, Ahad (4/2). Kecelakaan kali ini berakibat fatal hingga menewaskan empat pekerja.

Kecelakaan melibatkan alat berat launcher girder cranealias derek pengangkat beton dalam proyek jalur dwiganda (double double track) Manggarai-Jatinegara. Kecelakaan terjadi sekitar pukul 05.00 WIB kemarin di proyek pembangunan yang melintasi Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.

Saksi melaporkan, lima pekerja sedang menaikkan bantalan rel menggunakan menara derek ketika insiden berlangsung. Kemudian, ketika ban talan rel sudah berada di atas, dudukannya tidak pas sehingga bantalan rel jatuh menimpa korban. Pengerjaan disebut mulai dilakukan sekitar pukul 01.00 WIB, tak lama selepas hujan mengguyur Jakarta.

Polres Jakarta Timur dan Polsek Jatinegara melansir, kecelakaan kerja proyek konstruksi tersebut disebabkan jatuhnya bantalan rel jalur ganda yang dipasang menggunakan crane. Ketika berada di atas, bantalan rel tiba-tiba miring lalu jatuh menimpa pekerja.

Korban meninggal dunia dengan nama Jaenudin (44 tahun) yang berasal dari Karawang, Dami Prasetyo (25) asal Purworejo, Jana Sutrisna (44) dari Bandung, dan Joni (34) yang perincian identitasnya belum diketahui. Seluruhnya merupakan buruh proyek.

Kebanyakan korban meninggal aki bat luka di kepala dan patah tulang. Sementara, satu orang korban luka atas nama Zaenal (37) asal Garut mengalami keseleo. "Empat pekerja tewas. Dua meninggal di TKP, satu di RS Premiere Jatinegara, satu di RS Hermina Jatinegara," ujar Kapolsek Metro Jatinegara Kompol Supadi kepada Republika.co.id, Ahad (4/2).

Pihak PT Hutama Karya sebagai kontraktor pemegang proyek double double trackdi Matraman menyatakan akan memastikan keluarga korban mendapatkan kompensasi penuh. "Kami atas nama seluruh jajaran Konsorsium Hutama Modern Mitra juga menyampaikan belasungkawa dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga korban atas kejadian ini," ujar Sekretaris Perusahaan Adjib Al Hakim dalam keterangan tertulis yang didapatkan Republika.co.id, Ahad.

Menurut dia, sejak kejadian hingga saat ini, kontraktor terus bekerja sama dengan kepolisian untuk membuat pengamanan radius 300 meter di seputar lokasi kejadian. Selain itu, pihaknya juga menjanjikan semua peralatan dalam kondisi stabil untuk memastikan keamanan bagi masyarakat sekitar lokasi pascakejadian.

Adjib Al Hakim juga mengimbau seluruh masyarakat agar tidak berada di dekat lokasi supaya proses penanganan berjalan lancar dan aman bagi semuanya. "Kami akan bekerja sama dengan Komite Keselamatan Kon struksi (KKK) dari Kementerian PUPR untuk melakukan investigasi lebih lanjut," kata dia.

Kecelakaan kali ini adalah yang kesekian kalinya terjadi dalam setahun belakangan. Pada 22 Januari lalu, salah satu konstruksi bangunan proyek light rapid transit (LRT) yang menghubungkan Kelapa Gading-Velodrome roboh di Jalan Kayu Putih Raya, Jakarta Timur. Lima orang terluka akibat kejadian tersebut.

Sebelumnya, deretan girder atau balok beton di proyek jalan tol Depok-Antasari di Jalan Antasari, Jakarta Selatan, juga ambruk pada 2 Januari 2018 lalu. Tak ada korban dalam peristiwa itu. Sedangkan, pada 17 Oktober 2017, tiang cranedari proyek konstruksi LRT koridor Kelapa Gading menimpa rumah warga di Pegangsangan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Satu orang terluka dalam insiden tersebut.

Pada 3 November 2017 lalu, beton pembatas atau parapet konstruksi layang mass rapid transit (MRT) di Jalan Wijaya II, Jakarta Selatan, juga jatuh dan melukai seorang pengendara sepeda motor. Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Konstruksi Indonesia (A2K4) mencatat, setahun belakangan menjadi tahun yang paling banyak terjadi kecelakaan kerja konstruksi, infrastruktur jalan, dan jembatan, khususnya berupa runtuhnya girder serta tergulingnya alat angkat crane.

A2K4 mencatat, sejak 1 Agus tus 2017 sampai awal 2018, telah terjadi lebih dari 10 kasus kecelakaan konstruksi di proyek infrastruktur jalan, belum termasuk kejadian kemarin. Dengan tambahan empat korban kemarin, kejadian-kejadian itu mengakibatkan sekurangnya delapan pekerja meninggal dunia dan 11 lainnya cedera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement