REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kasbani mengatakan pertambahan magma di perut Gunung Agung saat ini stagnan. Volumenya berkisar 2,8 juta meter kubik pada kedalaman lima hingga enam kilometer (km).
"Dua pekan terakhir hanya 2,8 juta meter kubik, padahal sebelumnya pernah mencapai sepertiga kawah, bahkan sampai 38 juta meter kubik," kata Kasbani dijumpai di Sanur, Denpasar, Kamis (25/1).
Kasbani mengatakan Gunung Agung sudah mengalami fase erupsi selama dua bulan terakhir, sejak 21 November 2017. Erupsi-erupsi yang terjadi berikutnya berskala lebih kecil dan belum terindikasi mengeluarkan letusan besar. "Ini karena tekanannya diseimbangkan oleh erupsi-erupsi kecil ini," katanya.
PVMBG terus memantau perkembangan aktivitas gunung suci umat Hindu Bali tersebut. Gunung Agung terakhir kembali mengalami erupsi, Rabu (24/1) malam sekitar pukul 22.37 WITA. Tinggi kolom abu teramati hingga satu kilometer (km) di atas puncak kawah dengan lama gempa 98 detik. Angin mengarah ke timur-timur laut dan status gunung masih di level empat atau awas.
Zona perkiraan bahaya di dalam area kawah dan di seluruh area adalah radius enam km dari kawah puncak. Ada 12 desa di dalam zona ini yang penduduknya wajib mengungsi, yaitu Desa Nawakerti, Jungutan, Buana Giri, Sebudi, Besakih, Datah, Pempatan, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, dan Ban.
Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Wisnu Wijaya mengatakan aktivitas Gunung Agung saat ini tidak begitu mengkhawatirkan. Meski demikian, bencana Gunung Agung merupakan masalah kompleks yang tidak mengenal batas wilayah.
Gunung Agung berada di Kabupaten Karangasem, namun dampak pengungsiannya ke sembilan kabupaten dan kota di Bali. Gunung Agung sangat sensitif setelah dinyatakan tanggap darurat, sebab Bali merupakan destinasi pariwisata dunia. "Dampak psikologis Gunung Agung ini luas, bahkan internasional sempat menganggap seluruh wilayah Bali terancam. Ini sangat kompleks, sehingga tidak mungkin ditangani BNPB saja," kata Wahyu.
Wahyu juga meminta masyarakat di zona merah mematuhi arahan pemerintah untuk mengungsi. Ini karena jumlah pengungsi di dalam radius bahaya diperkirakan 32 ribu jiwa, namun yang tercatat saat ini hanya 26.130 jiwa. Sisanya diduga kembali ke tempat tinggalnya di zona merah.
Pengungsi Gunung Agung saat ini tersebar di 195 titik pengungsian. Mereka berada di Karangasem (11.645 jiwa di 96 titik), Buleleng (4.524 jiwa di sembilan titik), Klungkung (4.340 jiwa di 38 titik), Bangli (584 jiwa di dua titik), Tabanan (570 jiwa di delapan titik), Denpasar (336 jiwa di enam titik), Gianyar (3.336 jiwa di delapan titik), Badung (590 jiwa di lima titik), dan Jembrana (205 jiwa di 23 titik).