Kamis 25 Jan 2018 02:11 WIB

Gus Mus Raih Penghargaan Yap Thiam Hien

Gus Mus merasa tidak pantas.

Penyair yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Leteh Rembang, Jateng, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) membacakan puisi saat acara 'Doa untuk Palestina' di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Kamis (24/8).
Foto: Antara/Zarqoni Maksum
Penyair yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Leteh Rembang, Jateng, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) membacakan puisi saat acara 'Doa untuk Palestina' di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Kamis (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau terkenal dengan nama Gus Mus menerima penghargaan di bidang Hak Asasi Manusia, Yap Thiam Hien Award. Yap Thiam Hien yang merupakan Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia ini menganugerahkan penghargaan ini dalam acara yang diselenggarakan di Perpustakaan Nasional Jakarta Pusat, Rabu (24/1) malam.

Penghargaan ini diserahkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang disaksikan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Ketua Yayasan Yap Thiam Hien Todung Mulya Lubis, Komisioner Komisi Yudisal Sukma Violetta. Menanggapi pemberian penghargaan ini, Gus Mus menilai berlebihan dan tidak mengetahui dasar dirinya mendapatkan Yap Thiam Hien Award ini.

"Ini sebenarnya tidak pantas, alasan apa memilih saya. Sebenarnya HAM itu tidak tahu," kata Gus Mus saat pidato pemberian penghargaan.

Dia mengaku hanya memperoleh pendidikan formal sampai kelas satu Tsanawiyyah (setingkat satu SMP) dan lebih banyak mendapat pendidikan dari pondok pesantren. "Guru-guru saya adalah orang-orang sederhana yang mengajarkan bahwa Indonesia rumahmu, itu saja, dan saya akan menjaga rumahku. Sedangkan hak asasi itu tahu setelah saya ketemu dengan orang milinea-milinea," katanya yang langsung disambut tawa para hadirin.

Gus Mus mengatakan di pesantren itu diajari untuk lebih mengutamakan kewajiban. Sehingga, dalam memaknai hak sehingga kewajiban dirinya untuk menghargai hak orang lain dan hak asasi manusia.

Todung Mulya Lubis mengatakan Gus Mus sangat pantas menerima Yap Thiam Hien Award karena sebagai suara hati nurani bangsa, suara hati ulama yang menghendaki Indonesia kembali kepada jati dirinya yang menghargai kekayaan keragaman, kemajemukan masyarakat, adat istiadat, bahasa, agama dan keyakinan politik.

"Dalam keadaan keragaman terancam, dimana dalam keadaan gerakan politik identitas, politisi agama , fundamentalisme, sektarinissme dan radikalisme menjalar ke penjuru seluruh negeri, kehadirian dan kearifan Gus Mus mengingatkan kita semua sebagai bangsa terbuka , toleran, dan saling memberi tempat, saling merangkul," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement