Rabu 24 Jan 2018 15:51 WIB

LSI: Elektabilitas PDIP dan Golkar di Atas Pileg 2014

Untuk pertama kalinya Golkar mampu meraih dukungan di atas Pemilu 2014.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Bilal Ramadhan
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menuju Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) 2019, berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, terdapat dua partai politik yang elektabilitas perolehan suaranya di atas perolehan suara Pemilu Legislatif 2014. Kedua partai tersebut adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar.

Peneliti dari LSI, Rully Akbar mengatakan, survei dilakukan pada 7 hingga 14 Januari 2018, terhadap 1200 responden berdasarkan metode multi stage random sampling. Survei sendiri dilakukan dengan teknik wawancara tatap muka dengan responden yang dilakukan serentak di 35 provinsi di Indonesia, dengan margin of error sebesar 2,9 persen.

Berdasarkan hasil survei LSI, Rully mengatakan, saat ini elektabilitas PDIP sebesar 22,2 persen. Di mana angka tersebut lebih besar dari perolehan suaranya di pemilu 2014, yaitu sebesar 18,95 persen.

Sementara, elektabilitas Partai Golkar sebesar 15,5 persen, yang perolehan suaranya naik dari pemilu 2014, yang hanya sebesar 14,75 persen. "Sementara elektabilitas partai lainnya, rata-rata di bawah perolehan suaranya di pemilu 2014," kata Rully di Gedung Graha Dua Rajawali, Jakarta, Rabu (24/1).

Dari hasil tersebut, kata Rully, untuk pertama kalinya Golkar mampu meraih dukungan di atas perolehan suaranya di Pemilu 2014. "Pada sejumlah survei sebelumnya, elektabilitas Partai Golkar justru mengalami penurunan. Terutama ketika kasus KTP-el mencuat dan melibatkan Setya Novanto yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar," kata Rully.

Untuk itu, kata Rully, pada Pilpres dan Pileg 2019 mendatang, Partai Golkar berpotensi menjadi pesaing utama PDIP dalam merebut pemenang di pemilu 2019. Namun, hal tersebut, katanya, tergantung kepada partai Golkar sendiri.

"Upaya Golkar untuk me-rebranding partai dengan fokus pada program yang punya daya tarik elektoral dan image ketua umum yang baru akan membantu mendongkrak suara partai," tambah Rully.

Selain itu, katanya, Golkar juga jarus berupaya untuk mendapatkan efek elektoral dari kinerja Jokowi. Sebab, "Saat ini PDIP masih dominan sebagai partai yang kuat asosiasinya dengan Jokowi," tambah Rully.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement