Sabtu 20 Jan 2018 17:15 WIB

Sigma: Konflik Hanura tak Berpengaruh Terhadap Jokowi

Hanura dipimpin kubu OSO atau Wiranto tak berpengaruh terhadap Jokowi

Sekjen Partai Hanura versi Daryatmo, Sarifudin sudding(kedua Kanan) bersama kader partai Hanura usai  bertemu dengan Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly di Gedung Kementrian Hukum dan HAM, Jakarta, Jumat, (19/1).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Sekjen Partai Hanura versi Daryatmo, Sarifudin sudding(kedua Kanan) bersama kader partai Hanura usai bertemu dengan Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly di Gedung Kementrian Hukum dan HAM, Jakarta, Jumat, (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sinergi Masyarakat Untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) menilai konflik di internal Partai Hanura tidak banyak berpengaruh bagi Presiden Joko Widodo baik pada sisa masa pemerintahan sekarang, maupun kekuatan parpol-parpol pendukung pencalonan ke periode berikut. Sebab dibandingkan parpol-parpol lainnya, posisi tawar Hanura paling lemah.

"Mau dipimpin kelompok OSO maupun faksi Wiranto saya kira relatif akan sama saja bagi Jokowi," Direktur Eksekutif Sigma Said Salahudin di Jakarta, Sabtu (20/1).

Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua faktor. Pertama, modal dukungan Hanura untuk Jokowi tidak signifikan. Dari Pemilu 2014 Hanura hanya punya modal 16 kursi DPR. Jumlah ini tidak cukup kuat untuk dijadikan sebagai alat tawar Hanura di hadapan pemerintah.

Seandainya pun konflik di internal partai tersebut berujung pada sikap menarik dukungan dari pemerintah atau Jokowi sendiri yang mengeluarkan Hanura keluar dari Istana, misalnya, tidak banyak juga yang bisa dilakukan oleh Hanura. "Mau jadi oposisi pun memakai istilah anak sekarang, enggak akan nendang," ujar dia.

Begitu pula terkait dukungan Hanura untuk Jokowi pada Pilpres 2019. Seandainya PDIP, Golkar, PKB, PPP, dan Nasdem solid mengusung Jokowi kembali, maka modal 16 kursi Hanura bukan hal yang terlalu penting bagi Jokowi.

Faktor kedua yang mengakibatkan lemahnya posisi tawar Hanura sehingga konflik internal partai itu tidak akan memberikan banyak pengaruh bagi Jokowi adalah terkait terbatasnya pilihan Hanura untuk mencari kawan politik.

"Apabila Hanura harus keluar dari koalisi pendukung Jokowi atau tidak mau lagi mendukung Jokowi di Pilpres 2019, maka tidak mudah bagi Hanura untuk mencari teman koalisi yang baru," kata dia.

Di luar koalisi pemerintah hanya ada dua blok politik lain yang dimotori Gerindra dengan sekutunya PKS dan PAN, serta blok Demokrat yang punya kecenderungan ingin bergabung dalam koalisi Jokowi. Masalahnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa baik OSO maupun Wiranto sama-sama kurang akur dengan Prabowo sebagai lokomotif blok Gerindra.

Ia mengatakan OSO cukup lama bersitegang dengan Prabowo di antaranya dilatari ketidakakuran mereka dalam perselisihan kepengurusan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Wiranto memiliki sejarah perseteruan yang lebih panjang lagi dengan Prabowo sejak awal reformasi.

"Walaupun dalam politik tidak ada yang mustahil, tetapi harus saya katakan berat sekali membangun koalisi bersama antra blok Gerindra dan Hanura. Kalau dengan Demokrat tidak perlu saya jelaskan lagi, sebab Demokrat kan punya kecenderungan merapat ke dalam blok Jokowi," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement