REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sepanjang 2017 hingga pekan pertama 2018, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencatat terdapat 26 laporan kasus penyakit difteri di wilayahnya. Dari total laporan tersebut, 70 persen pasien di antaranya memang belum mendapatkan vaksin difteri atau belum lengkap imunisasinya.
Laporan difteri yang masuk ke Dinkes Kabupaten Bogor berasal dari 23 desa di 13 kecamatan. Sekretaris Dinkes Kabupaten Bogor, Erwin Suriana, mengatakan dari 26 laporan hanya tiga di antaranya yang positif difteri usai diperiksa. "Dua meninggal dunia dan satu sudah sembuh," ucapnya saat dikonfirmasi Republika.co.id, Jumat (19/1).
Selain edukasi kepada orang tua untuk melengkapi imunisasi anak, tindakan antisipasi juga dilakukan melalui pelatihan khusus terhadap tenaga medis di Kabupaten Bogor. Mereka diberi pembekalan untuk menangani pasien dengan gejala-gejala difteri.
Dengan pelatihan itu, tenaga medis di setiap kecamatan dapat memeriksa dan membantu dalam mendiagnosa difteri. "Jadi semua diberikan pemahaman yang sama tentang menentukan suspect difteri," tutur Erwin.
Pemahaman di tenaga medis, diakui Kepala Seksi Surveilans Dinkes Kabupaten Bogor, Adang Mulyana, menjadi tantangan tersendiri. Beberapa tenaga medis memiliki pengetahuan yang tidak sama dengan tenaga lain.
Selama ini, banyak dokter pemeriksa langsung mendiagnosa pasien dengan gejala tenggorokan bengkak, demam dan sulit menelan adalah suspect difteri. "Padahal, untuk memastikannya, pasien harus melalui uji coba laboratorium terlebih dahulu," ucap Adang.
Edukasi diberikan ke 128 dokter pemeriksa dari seluruh rumah sakit di Kabupaten Bogor. Mereka diberikan pemahaman yang sama dan merata dalam melakukan pemeriksaan awal jika ada pasien dengan gejala difteri.
Kabupaten Bogor memang bukan termasuk daerah dengan Kejadian Luar Biasa dalam kasus difteri. Tapi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menetapkan wilayahnya untuk menggelar imunisasi Outbreak Response Imunization (ORI) difteri dengan saran utamanya adalah semua anak usia satu sampai 19 tahun.
Tapi, Adang menjelaskan, Pemkab Bogor belum mengetahui pastinya kapan program mulai berjalan. Sebab, pihaknya masih menunggu vaksin itu disebar Kemenkes ke daerah. "Yang pasti, di setiap puskesmas akan membuka posko. Vaksin pun gratis," ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Adang Suptandar, memperkirakan, Imunisasi ORI Difteri bisa dilaksanakan pada Februari. Bulan depan, logistik dari Kemenkes sudah dapat diterima daerah-daerah.
Dengan adanya program ini, Adang mengimbau kepada semua orang tua untuk mengantar anak-anaknya dalam mendapatkan vaksin difteri. "Ini tindakan pencegahan paling mudah," ucapnya.