Kamis 18 Jan 2018 09:56 WIB

Soekarwo Ajak Pemda Serius Tangani Difteri di Jatim

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang akrab dipanggil Pakde Karwo.
Foto: seputarmanusia.wordpress.com
Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang akrab dipanggil Pakde Karwo.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo berpendapat, Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri Jawa Timur menjadi sebuah anomali bagi provinsi yang dipimpinnya tersebut. Artinya, meskipun telah memperoleh capaian ekonomi yang tinggi, namun di sisi lain Jatim juga mendapatkan KLB penyakit difteri.

"Saya sedih melihat hal ini, sebuah anomali ketika berbagai hal yang baik terjadi di Jatim. Misalnya pendapatan masyarakat yang meningkat tajam dan berbagai fasilitas kesehatan tersedia. Tapi ada hal lainnya yang membuat kaget kita, yakni permasalahan penyakit difteri ini," ujar Soekarwo di Surabaya, Kamis (18/1).

Untuk itu, pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu mengajak pemerintah kabupaten/kota se-Jawa Timur untuk secara serius menangani difteri. "Posisi kita dalam KLB penyakit difteri. Mari kita bergerak bersama menangani difteri,' ujar Soekarwo.

Salah satu langkah yang dilakukan, lanjutnya, Pemprov Jatim mengalokasikan anggaran Outbreak Response Immunization (ORI) dengan 82 persen untuk operasional sesuai kebutuhan kabupaten/kota. Diperkirakan total kebutuhan anggaran untuk menangani difteri sebanyak Rp 98 miliar. "Pembiayaannya sharing antara Pemprov sebesar Rp 49 miliar dan sebesar Rp 49 miliar lainnya menjadi tanggungan pemerintah kabupaten/kota se-Jatim," kata Soekarwo.

Soekarwo melanjutkan, sasaran penggunaan anggaran ORI tersebut ditujukan untuk 38 kabupaten/kota di Jatim. Adapun target sebanyak 10.717.765 orang, yakni usia 1-19 tahun melakulan imunisasi ulang atau ORI. "Seluruh anak di Jatim usia satu sampai 19 tahun untuk diimunisasi semuanya. Mereka yang diprioritaskan untuk diberikan vaksin imunisasi ORI, kata Soekarwo.

Makna dilakukannya pemberian imunisasi massal ORI, jelas Pakde Karwo, untuk merespons kejadian luar biasa difteri ini. Sehingga penyakit tidak semakin meluas, dapat memutus penularan difteri, dan terjadi penurunan kasus difteri.

Dia menegaskan, pelaksanaan imunisasi ini harus benar-benar dikontrol, diberikan selama tiga kali. "Dengan demikian, penanganan difteri ini bisa dilakukan dengan tuntas," ujar orang nomor satu di Jatim tersebut.

Soekarwo menjelaakan, di Jawa Timur, kasus difteri tertinggi terjadi di Sampang, Gresik, Nganjuk, Pasuruan, Surabaya, yakni kasus lebih dari 21 penderita. Sementara itu, daerah dengan kasus antara 10 hingga 20 penderita berada di Bojonegoro, Sidoarjo, Jombang, Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang, Lumajang, Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement