Senin 15 Jan 2018 16:10 WIB

Mendagri Setuju Penundaan Proses Hukum Calon Kepala Daerah

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyatakan setuju dengan gagasan Polri yang akan menunda proses hukum calon kepala daerah yang mengikuti Pilkada Serentak 2018. "Saya kira sepanjang tidak OTT (operasi tangkap tangan) kami secara pribadi sepakat," kata Tjahjo di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin (15/1).

Namun, sependapat dengan usulan Polri, penundaan hanya terbatas pada kasus kriminal yang tidak merupakan hasil operasi tangkap tangan (OTT). Untuk OTT, menurut Tjahjo tetap harus dilanjutkan dan diproses. "Kalau OTT apa boleh buat, saya pun juga bisa kena. OTT kok. Tapi kalau tidak OTT usul kapolri kan ditunda dulu sampai pilkada selesai," kata Setyo.

Selain Polri, Kejaksaan Agung (Kejagung) juga sepakat akan menunda sementara proses hukum yang melibatkan pasangan calon yang mengikuti kontestasi Pemilihan Kepala Daerah 2018. Hal ini bertujuan untuk menjaga setiap tahapan pemilihan berjalan dengan aman dan adil. Selain itu, ini untuk menghindari adanya pemanfaatan penegak hukum untuk kepentingan pilkada.

Sejumlah calon kepala daerah diketahui masih tersangkut kasus hukum. Di antaranya, Viktor Laiskodat yang mencalonkan diri sebagai calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan ke Bareskrim Polri atas dugaan ujaran kebencian dan permusuhan terkait pidatonya di NTT pada 1 Agustus 2017 lalu.

Pidato Viktor di NTT tersebut pun viral di dunia maya. Dalam video tersebut, Viktor diduga menuduh empat partai yaitu Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN mendukung adanya khilafah karena menolak Perppu Ormas.

Nama calon gubernur lain yang terlibat perkara hukum adalah calon gubernur Papua pejawat Lukas Enembe. Terakhir, Lukas memenuhi panggilan penyidik Direktorat Tindak Pidana Korupsi Badan Reserse Kriminal (Dittipidkor Bareskrim) Polri, Senin 4 September2017 lalu. Dia diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi penggunaan anggaran pendidikan berupa beasiswa untuk mahasiswa Papua pada tahun anggaran 2016.

Kemudian, calon gubernur Kalimantan Timur, Syaharie Jaang sempat diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan pemerasan dan pencucian uang dengan terdakwa Ketua Pemuda Demokrat Indonesia Bersatu (PDIB), Hery Susanto Gun alias Abun, dan Manajer Lapangan KSU PDIB, Noor Asriansyah alias Elly. Pemeriksaan Syaharie dalam kasus dugaan pemerasan dan pencucian uang itu sesuai dengan terbitnya Surat Keputusan (SK) Nomor 551.21/083/HK-KS/II/2016 tentang Penetapan Pengelola dan Struktur Tarif Parkir pada Area Parkir Pelabuhan Peti Kemas, Palaran, atas nama KSU PDIB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement