Sabtu 13 Jan 2018 01:00 WIB

Kasus Campak dan Rubella Turun 57 Persen di Padang

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas medis menyuntikkan vaksin MR (measles and rubella) kapada siswa TK di Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (9/8).
Foto: ANTARA
Petugas medis menyuntikkan vaksin MR (measles and rubella) kapada siswa TK di Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Jumlah kasus campak dan rubella di Kota Padang, Sumatra Barat mengalami penurunan sepanjang 2017 lalu. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Padang, terdapat 158 kasus campak pada 2017 lalu. Angka ini turun 57 persen dibanding jumlah kasus campak di tahun 2016 sebanyak 371 kasus.

Meski menurun, pemerintah tidak mau lengah dengan risiko penyebaran campak dan rubella. Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang dr Ferimulyani, menyebutkan bahwa pihaknya justru menggalakkan imunisasi campak dan rubella pada 2018 ini. Langkah ini dituangkan dalam program Kampanye Program Nasional Imunisasi Morbili Rubella (MR).

Menurut Ferimulyani, bahaya campak atau rubella harus ditangani secara serius demi melindungi masyarakat dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. "Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular, disebabkan oleh virus yang ditularkan antara lain melalui batuk dan bersin," ujarnya, Jumat (12/1).

Sementara itu, Rubella sangat bahaya bila menyerang ibu hamil karena dapat menyebabkan abortus, kematian janin, dan sindrom rubella kongenital (CRS) pada bayi yg dilahirkan. Ferimulyani menjelaskan, penyakit campak ditandai dengan gejala seperti demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah), dan selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh, tangan serta kaki. Komplikasi beratnya menyebabkan radang paru, radang otak, diare berat, radang telinga, dehidrasi bahkan sampai pada kematian.

"Pencegahannya antara lain melalui imunisasi. Cakupan imunisasi harus 95 persen untuk melindungi populasi (herd immunity) disertai kekebalan setelah imunisasi seumur hidup," katanya.

Sementara penyakit rubella, lanjut Ferimulyani, cenderung menyerang manusia yang kebanyakan berusia tiga hingga 10 tahun. Penyebarannya bisa melalui dua hal, yakni saluran napas dan transmisi vertikal (ditularkan dari ibu kepada janinnya, Red). Saat menginfeksi, virus akan masuk ke sel-sel tubuh dan menetap di sana. Dan suatu waktu, saat tubuh sedang dalam keadaan lemah akan mungkin terjadi reaktivasi dari virus tersebut.

Pencegahannya, kata dia, hanya dengan imunisasi dan kekebalan setelah imunisasi seumur hidup. Ferimulyani menambahkan, kasus rubella menyebabkan cacat lahir bila terinfeksi selama masa kehamilan. Yang lebih ditakutkan, lanjutnya, jika virus itu menyerang anak perempuan, ketika anak itu dewasa, menikah, dan hamil, dan ia tidak sadar memiliki virus rubella. Secara otomatis ia akan menulari virus itu kepada si janin dan anaknya lahir dalam kondisi congenital rubella syndrome (sindrom rubella kongenital). "Oleh karenanya, pencegahan dengan memberikan vaksin rubella harus dilakukan sejak dini," jelasnya.

Ia menambahkan, terkait itu pihaknya mengimbau masyarakat Kota Padang melalui kampanye dan sosialisasi di setiap puskesmas. "Maka itu, kita mulai melakukan gebrakan melalui sosialisasi dan kampanye ke masyarakat untuk imunisasi MR tersebut. Ini sebagai titik awal disusul pencanangannya pada Agustus 2018 nanti," katanya.

Ia melanjutkan, imunisasi MR diperuntukkan bagi seluruh anak usia sembilan bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun selama masa kampanye. Selanjutnya, imunisasi MR akan masuk ke dalam jadwal imunisasi rutin dan diberikan pada anak usia sembilan bulan, 18 bulan dan kelas 1 SD sederajat melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau BIAS. "Tujuannya tentu, meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat, memutuskan transmisi virus campak dan rubella," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement