Selasa 09 Jan 2018 09:30 WIB

Kerugian Akibat Bencana di Aceh pada 2017 Rp 1,5 Triliun

Warga menerobos banjir di Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Selasa (5/12). Tidak hanya di Aceh, bencana banjir juga melanda beberapa wilayah di Sumatra Utara akibat cuaca ekstrem.
Foto: ANTARA FOTO/Rahmad
Warga menerobos banjir di Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Selasa (5/12). Tidak hanya di Aceh, bencana banjir juga melanda beberapa wilayah di Sumatra Utara akibat cuaca ekstrem.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh mencatat total kerugian akibat bencana di Provinsi Aceh pada 2017 mencapai Rp 1,5 triliun. Tahun lalu tercatat 120 kali bencana menimpa provinsi di ujung barat Indonesia itu.

"Kami mencatat total kerugian akibat bencana di Provinsi Aceh mencapai Rp 1,5 triliun. Ini merupakan jumlah yang besar," kata Direktur Eksekutif Daerah Walhi Aceh Muhammad Nur, Selasa (9/1).

Menurut Muhammad Nur, kerugian akibat bencana terbanyak adalah bencana kekeringan dengan nilai kurang lebih Rp 1,1 triliun. Kekeringan menyebabkan petani sawah gagal panen.

Setelah itu, lanjut Muhammad Nur, bencana banjir dengan kerugian sekitar Rp 219,6 miliar. Kerugian ini meliputi rusaknya infrastruktur publik, kebun masyarakat dan tanaman padi terendam, serta banyak rumah masyarakat rusak.

"Kemudian, tidak sedikit masyarakat kehilangan harta benda dan kendaraan bermotor. Sedangkan jumlah pengungsi akibat banjir mencapai 62.487 orang," kata Muhammad Nur.

Berikutnya kerugian abrasi mencapai Rp 47,9 miliar. Kerugian meliputi relokasi tempat tinggal, rumah amblas, dan rusak jalan. Serta sawah dan perkebunan tergerus.

Selanjutnya, kata Muhammad Nur, kerugian akibat bencana kebakaran mencapai Rp 46,3 miliar. Kerugian ini berdampak pada gangguan kesehatan warga serta lahan terbakar. Kerugian akibat pencemaran limbah mencapai Rp 2,2 miliar. Bencana puting beliung juga telah menyebabkan kerugian mencapai Rp 6,6 miliar.

"Walhi juga mencatat kerugian tanah longsor mencapai Rp 80,5 miliar. Bencana ini menyebabkan permukiman hancur, infrastruktur publik rusak, serta perkebunan masyarakat tertimbun tanah," kata Muhammad Nur.

Muhammad Nur menyebutkan, bencana selain gempa dan angin yang terjadi di Aceh adalah rusaknya kawasan hutan serta alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan lainnya. "Selain itu juga maraknya pembakaran lahan, perambahan hutan di hulu daerah aliran sungai, dan galian C di aliran sungai sehingga hilangnya resapan air," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement