Selasa 09 Jan 2018 08:28 WIB

PDIP Ingin Lanjutkan Jejak Bung Karno di Islam

Hatta dan Sukarno bersama opsir Jepang
Foto: geheugenvannederland.nl
Hatta dan Sukarno bersama opsir Jepang

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Santi Sopia

Sukarno memiliki rekam jejak panjang dengan Islam dan kebangsaaan. Sukarno tidak hanya dibesarkan dengan pendidikan Islam dengan guru-guru yang memiliki ilmu agama tinggi, namun ia memiliki hubungan luas dengan masyarakat Muslim.

"Bung Karno dekat dengan Muhammadiyah, dicintai kia-kiai NU, dan memiliki pemikiran keislaman yang mencerahkan," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat berdiskusi dengan Redaksi Republika, Senin (8/1).

Hasto beserta pengurus PDIP lainnya berkunjung ke kantor Republika.co.id, Senin (8/1). Dalam pertemuan tersebut, Hasto menyampaikan salah satu kajian mengenai rekam jejak Bung Karno dengan Islam.

Menurut Hasto, Bung Karno membawa tradisi kehidupan Islam yang sangat terintegrasi dengan alam pikir kebangsaan. "Misalnya, ketika berkunjung ke Uni Soviet pun, Bung Karno yang santri, shalat lima waktu tak pernah putus, sama dengan Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, tetapi dalam alam pikirnya adalah kebangsaan," kata Hasto.

Bung Karno jugalah yang meminta membuka kembali Masjid Biru yang sebelumnya diubah menjadi gudang di Uni Soviet. Namun, sejarah itu coba dikaburkan pada masa itu.

Ada dua syarat yang disampaikan Bung Karno saat diundang Presiden Uni Soviet saat itu, Nikita Krushcev, datang ke Moskow. Pertama, Soviet harus membuka masjid untuk kepentingan umat Islam. Kedua, Bung Karno meminta Krushcev mencari makam perawi hadis Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan.

Saat itu Uzbekistan masih menjadi bagian dari Soviet. Situasi Perang Dingin yang begitu panas kala itu membuat Krushcev tidak bisa menolak dua syarat yang diminta Bung Karno.

Akhirnya, Masjid Biru dibuka dan makam Bukhori ditemukan. Makam yang tadinya tak terawat itu kemudian dipugar dan dibuat lebih bagus dan layak.

"Baru setelah itu Bung Karno datang ke Soviet dan sempat mengunjungi makam Imam Bukhori," kata Hasto.

Jejak Bung Karno lainnya terkait Islam berhubungan dengan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Menurut Hasto, jika tidak ada peran Bung Karno, Al-Azhar mungkin sudah ditutup.

Presiden Mesir waktu itu Gamal Abdul Nasser merasa gusar dengan bergabungnya kalangan ulama Al-Azhar dengan Ikhwanul Muslimin untuk merongrong kekuasaannya. Nasser pun berniat menutup Al-Azhar yang kemudian menghebohkan dunia Islam.

Sukarno muncul untuk menyelamatkannya saat berkunjung ke Mesir. Kata Sukarno kepada Presiden Gamal, Al Azhar itu terlalu penting untuk dunia Islam. "Kami mengenal Mesir itu justru karena ada Al Azhar," demikian kata Sukarno seperti dikutip Hasto.

Sukarno kemudian meminta Presiden Gamal untuk menata kembali Al-Azhar, mendukungnya, dan mengembangkannya, bukannya menutup. Jadi, antara Sukarno dan Al-Azhar ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

"Bung Karnolah yang minta. Kemudian perjuangan untuk bangsa Asia-Afrika, Afro-Asian," kata Hasto.

Hasto menambahkan, Bung Karno juga begitu dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU) secara kultur. Bung Karno dicintai kiai-kiai NU maupun Muhammadiyah.

Dari Bung Karno jugalah tercipta istilah Islam progress. Bung Karno juga mempersiapkan putrinya, Megawati Soekarnoputri, sejak kecil untuk dekat dengan kalangan Islam dan menjadi pemimpin.

Nilai-nilai keislaman Bung Karno ini yang menurut Hasto yang akan terus diperjuangkan PDIP. Islam yang menjunjung tinggi kebangsaan dan kemanusiaan.

Ia memberi contoh sampai saat ini PDIP konsisten memperjuangkan kemerdekaan Palestina, seperti yang sudah lama diteriakkan Bung Karno. "Jadi, ada sejarah panjang antara Bung Karno, Islam, dan PDIP," kata Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement