Senin 08 Jan 2018 15:56 WIB

Pengamat LIPI: Ridwan Kamil Tragis

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Calon Gubernur Jabar Ridwan Kamil (kiri) dan Calon Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum (kanan) berfoto bersama usai penyerahan surat rekomendasi untuk maju di Pilgub Jabar 2018, di DPW PKB Jabar, Jl Haruman, Kota Bandung, Senin (8/10).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Calon Gubernur Jabar Ridwan Kamil (kiri) dan Calon Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum (kanan) berfoto bersama usai penyerahan surat rekomendasi untuk maju di Pilgub Jabar 2018, di DPW PKB Jabar, Jl Haruman, Kota Bandung, Senin (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau RK akhirnya memilih kader PPP Uu Ruhzanul Ulum sebagai calon wakil gubernur. Pilihan RK untuk bergandeng dengan Uu ini dianggap sebagai pilihan terakhir setelah wali kota Bandung ini sempat melejit di atas angin dalam beberapa polling hingga ditolak oleh beberapa partai besar di Jawa Barat.

(Baca: Ridwan Kamil Teken Kontrak Politik dengan PKB)

"Dalam kasus Jabar, tokoh yang merajai polling itu (Ridwan Kamil) ternyata tidak langsung laku. Dan yang agak tragis adalah RK relatif paling awal melakukan marketing politik untuk pilgub Jabar, ketika yang lain belum ke sana. Tapi hasil anjangsana RK hanya dapat usungan dari partai menengah," kata Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor, Senin (8/1).

Ini, menurut Firman, menunjukkan di Jawa Barat memang partai-partai yang besar atau levelnya menengah atas tidak serta-merta 'membeli' apa yang ditawarkan RK sejak awal. Apakah fenomena ini menunjukkan parpol sekarang lebih selektif dan mendahulukan kadernya, seperti yang terjadi di Gerindra, Golkar, PDIP dan PKS. Itu masih bisa diperdebatkan, tapi perjalanan RK di Jabar ini menurutnya, sangat menarik.

"Yang jelas ini memperlihatkan, tokoh yang merajai polling itu tidak serta merta mudah diterima oleh parpol dan tokoh parpol," ujar Firman.

Di sisi lain juga nampak ada rasa percaya yang terlalu tinggi oleh parpol-parpol untuk memanfaatkan mesin partai, simpatisan dan juga relawan untuk berjuang menjual tokoh yang memang tidak terlalu dikenal di mata poblik di wilayah itu.

Efeknya, kata dia, ada pada RK. Ternyata ia tidak cukup kuat meyakinkan parpol lain yang sempat mendukungnya. Siapa yang dipilih menjadi pilihan utama untuk calon wakil gubernur. Akhirnya yang bermain di situ adalah proporsi suara di wilayah Jabar. Dan kalau di Jabar, tentu saja setelah PDIP, PPP-lah yang dianggap memiliki banyak kursi sesuai urut kacangnya.

Pada Ahad (7/1), RK atau akrab disapa kang Emil akhirnya memutuskan menggandeng Bupati Tasikmalaya yang juga kader PPP. Pasangan RK-UU diusung bersama oleh empat partai menengah di antaranya PPP, PKB, Nasdem, Hanura.

Sebelumnya RK sempat mendapatkan jalan untuk menumpang gerbong dari PDI P dengan mengembalikan formulir ke PDI Perjuangan. Namun, usaha itu gagal setelah PDI P secara resmi mengusung TB. Hasanuddin-Anton Charliyan di Pilgub Jabar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement