REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut 82 persen pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang didukung Demokrat di 17 Pilkada Gubernur 2018 adalah kader sendiri. Ia memerinci, dari 17 pasangan 14 adalah kader, sementara hanya tiga pasangan, yang tidak terdapat unsur kader partai.
"Sekali lagi mayoritas tetap kader, dari 14 kader, 6 adalah Ketua DPD (Demokrat), Ketua demokrat daerah, dua Ketua DPC, satu Anggota DPR RI, satu pengurus demokrat di daerah," ujar SBY saat mengumumkan pasangan calon di 17 Pilkada Gubernur 2018 di Wisma Proklamasi, Menteng, Jakarta pada Ahad (7/1).
Menurut SBY, kebanyakan kader yang diusung terutama kader-kader yang sudah ada dan merupakan kepala daerah pejawat. Ia menyebut 10 kader yang sudah ada, 4 kader yang baru dan sudah menjadi kader.
"Kebanyakan gubernur atau wagub incumbent. Contohnya Gubernur Papua, Gubernur Lampung. Wagub Sumsel dan banyaj lagi bupati dan walikota incumbent. Kader demokrat tetap menjadi prioritas," ujar SBY.
Ia juga sekaligus menyentil pernyataan pihak yang menuding Partai Demokrat menerapkan strategi politik outsourcing dalam memilih calon kepala daerah. SBY menegaskan, Demokrat begitu mengutamakan kadernya maju di pilkada.
"Ada yg mengatakan jangan-jangan Demokrat sukanya outsourcing. Oke. Ini komposisinya. Dari 17 pasangan cagub dan cawagub, 14 itu kader, itu sama dengan 82 persen. Hanya tiga yang bukan kader. Tapi tidak apa-apa kami dukung. Sekali lagi, mayoritas tetap kader," ujar SBY.
Sebelumnya pernyataan soal strategi politik outsourcing awalnya diungkapkan Sekjen PDIP Hasto Kristianto. Hal ini diungkapkan saat Demokrat disebut membajak Emil Dardak sebagai pendamping Khofifah di Pilgub Jawa Timur. Emil yang kini merupakan bupati Trenggelek itu merupakan bupati yang diusung oleh PDIP.
"Bahwa di situ bagaimana Pak SBY menerapkan politik outsourcing. Kami tidak terpancing, kami tetap setia pada jalan kaderisasi karena itu juga menunjukkan trek seorang pemimpin, tiap pemimpim itu memilih jalannya sendiri jadi itu tidak akan mengurangi niat kami untuk membuka diri untik melatih pemimpin," kata Hasto.