Rabu 03 Jan 2018 19:09 WIB

IPW: Polisi Bunuh Diri Indikasi Beratnya Beban

Rep: Santi Sopia/ Red: Bilal Ramadhan
Bunuh diri (ilustrasi)
Foto: factretriever
Bunuh diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai kasus polisi bunuh diri masih berpotensi tinggi di tahun 2018, meski angka polisi bunuh diri pada 2017 turun lebih dari 50 persen dibandingkan 2016. Menurutnya, ada dua fenomena yang patut dicermati. Pertama, sebagian besar polisi yang bunuh diri melakukan aksinya dengan cara menembak kepalanya sendiri dan hanya satu yang gantung diri.

"Ini mengindikasikan betapa beratnya beban dan tekanan yang mereka hadapi. Sehingga mereka tak bisa lagi berpikir realistis dan cenderung mengambil jalan pintas, dengan cara menembak kepalanya sendiri," kata Neta melalui siaran pers, Rabu (3/1).

Kasus ini dinilai sekaligus menunjukkan tingkat kesadisan yang luar biasa, yang mampu mereka lakukan terhadap dirinya sendiri. Kedua, dari tujuh kasus bunuh diri itu, dua di antaranya dilakukan anggota Brimob karena persoalan yang sangat sepele yakni karena stres dijadikan saksi (ini dialami Bripka Teguh Dwiyanto di Tangerang) dan Ipda Sasmidias di Palu diduga karena terlalu lama bertugas di daerah konflik.

Penyebab para polisi itu bunuh diri sebagian besar akibat masalah keluarga, ada empat kasus. Kemudian konflik dengan rekan kerja. Melihat latarbelakang ini IPW khawatir di tahun 2018 kasus polisi bunuh diri akan meningkat, jika tidak diantisipasi.

Sebab di tahun 2018 beban kerja anggota Polri cukup berat, terutama dalam menjaga keamanan Pilkada Serentak di berbagai daerah. Di sisi lain, Neta melanjutkan, ada persoalan akut yang melilit anggota Polri, terutama di jajaran bawah yaitu persoalan rumah tangga akibat terbatasnya penghasilan sebagai polisi.

Ini kerap menjadi tekanan tersendiri bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas profesionalnya dan ini pula yang kerap menjadi penyebab utama kasus polisi bunuh diri dari tahun ke tahun. Persoalan lain adalah gaya hidup hedonis yang kerap menimbulkan konflik antar teman.

Selain itu tekanan atasan yang kerap memberikan target untuk pencapaian prestasi atasan itu sendiri. Bagaimana pun masalah akut ini perlu diatasi. Para atasan perlu lebih peduli lagi untuk mencermati bawahannya agar kasus polisi bunuh diri bisa diatasi.

Dari pendataan IPW, sepanjang 2017 terjadi tujuh kasus polisi bunuh diri. Jumlah ini turun drastis jika dibandingkan tahun 2016 dimana terjadi 13 kasus bunuh diri, dan lima kasus percobaan bunuh diri yang pelakunya berhasil diselamatkan nyawanya. Namun kasus polisi bunuh diri tahun 2017 ini hampir sama dengan tahun 2015 dimana terjadi lima kasus polisi bunuh diri dan dua kasus percobaan bunuh diri.

 

Data Polisi Bunuh Diri 2017

26 Januari: Bripda Saka Rawan Putra anggota Polda Sumsel gantung diri di rumah temannya

3 April: Ipda Sasmidias anggota Brimob tembak kepalanya di toilet mesjid di Palu, Sulteng

15 Mei: Bripka Teguh Dwiyanto anggota Brimob tembak pelipisnya di Tangerang Banten karena jadi saksi kasus penembakan

7 Juni: Aiptu Fransisco De Araujo anggota Polres Kupang NTT tembak kepalanya di rumahnya

9 Okt: Bripda Azan Fikri anggota Polsek Sungai Lilin Sumsel tembak kepalanya setelah batal nikah

10 Okt: Bripka Bambang Tejo anggota Polres Blora Jateng tembak kepalanya sendiri setelah menembak mati dua rekannya

1 Des: Brigadir Marchel J Tanipa anggota Polres Pulau Aru Maluku tembak kepalanya di depan mertua

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement