Selasa 02 Jan 2018 15:37 WIB

Perhutani Janji Perbaiki Jembatan di Tempat Penangkaran Rusa

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Andi Nur Aminah
Kondisi jembatan bambu di tempat wisata alam Penangkaran Rusa Cariu, Kabupaten Bogor, Selasa (2/1). Jembatan yang merupakan satu-satunya akses ke tempat wisata ini ambruk pada Senin (1/1) sekira pukul 15.00 WIB.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kondisi jembatan bambu di tempat wisata alam Penangkaran Rusa Cariu, Kabupaten Bogor, Selasa (2/1). Jembatan yang merupakan satu-satunya akses ke tempat wisata ini ambruk pada Senin (1/1) sekira pukul 15.00 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perum Perhutani berkomitmen melakukan perbaikan pascaambruknya jembatan penyeberangan di tempat wisata Penangkaran Rusa Cariu, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor. Jembatan yang terbuat dari bambu ini rubuh pada Senin (1/1) dan menimbulkan 39 korban dengan satu di antaranya meninggal dunia.

Direktur Operasi Perum Perhutani, Hari Priyanto, mengatakan, ada beberapa opsi perbaikan terhadap jembatan. Di antaranya, menggeser lokasi jembatan ke titik lain dengan jarak lebih pendek. Sebab, Hari melihat, salah satu dugaan penyebab jembatan ambruk adalah jembatan yang terlampau panjang hingga 44 meter.

Terlebih, jembatan yang menjadi satu-satunya akses menuju penangkaran rusa ini tidak memiliki penyangga pada bagian tengah. Kami akan cari tempat lain yang memungkinkan jembatan bisa dibangun dengan jarak yang lebih pendek," ucap Hari ketika ditemui Republika.co.id di lokasi kejadian, Selasa (2/1).

Tapi, Hari sendiri belum bisa menentukan lokasi pasti jembatan baru yang akan dibangun. Sebab, dibutuhkan survei dan tinjauan di sejumlah titik yang memungkinkan pembangunan jembatan. Selama proses ini berlangsung, Perhutani akan menutup penangkaran rusa untuk sementara waktu.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Perum Perhutani, Agus Dwi Nurjanto, mengatakan, opsi perbaikan lainnya adalah dengan mengganti desain pintu masuk. "Nanti, pintu masuknya lebih kokoh dan tertutup, jadi tidak memungkinkan orang untuk menyerobot dari sisi kiri dan kanan," ujarnya.

Saat ini, kondisi pintu masuk dan keluar jembatan penyeberangan memang hanya dibatasi dengan pintu besi setinggi setengah meter. Tanpa pembatas pada bagian kiri maupun kanan, besar kemungkinan bagi wisatawan untuk berdesakan melintasi jembatan dari berbagai arah.

Agus mengatakan, selama ini, pintu masuk dan keluar jembatan selalu dijaga oleh total enam petugas. Tiga orang di dekat pos pembelian tiket atau pintu masuk dan sisanya di pintu seberang yang mengarah ke penangkaran.

Menurut Agus, petugas selalu siaga berjaga di kedua pintu jembatan untuk menjaga kapasitas maksimal jembatan yakni 10 orang. Tapi, untuk kejadian kemarin, ia masih belum bisa memastikan penyebab banyaknya orang yang dapat melintas. "Akan kami telusuri lagi nanti," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement