Senin 01 Jan 2018 07:00 WIB
Outlook 2018

Tahun Politik, Elit Harus Jaga Perilaku di Medsos

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi Media Sosial
Foto: pixabay
Ilustrasi Media Sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menilai elit politik harus lebih pandai dalam melontarkan pendapat atau pernyataan di berbagai media sosial (Medsos) di tahun politik 2018. Sebab, apapun yang dilontarkan mereka di Medsos akan memiliki arti tersendiri di mata masyarakat.

Menurut Ubedilah, tinggi-rendahnya tensi politik dan tensi sosial di tahun politik 2018 ditentukan oleh perilaku elit politik dalam berkomunikasi di Medsos maupun media massa. "Kehati-hatian elit politik menjadi sangat penting agar tidak secara sembrono mengeluarkan pernyataan, saat kampanye nanti atau sebelumnya," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (31/12).

Medsos, diakui Ubedilah, bisa menjadi ruang awal tumbuhnya tensi politik dan bahkan memanaskan situasi sehingga memicu tensi sosial yang dapat berujung konflik horizontal. Apalagi, tiap kandidat yang bertarung pada pemilihan tentu memiliki tim siber tersendiri yang aktif di Medsos sehingga saling serang antarpendukung memungkinkan terjadi.

Pernyataan lewat twitter, facebook, dan Medsos lainnya, lanjut Ubedilah, merupakan bagian dari komunikasi politik. Saat seorang elit politik membagikan pendapatnya di Medsos, saat itu juga dapat didengar simpatisannya dan lawan politiknya.

"Kalau tensi politik tidak dikelola dengan baik, bisa merembet ke tensi sosial. Kalau tensi sosial ini tidak bisa dikendalikan maka yang terjadi adalah konflik horizontal," ujarnya.

Kehati-hatian tersebut, menurut Ubedilah, mesti dilakukan semua elit politik baik di pusat maupun daerah, termasuk para kandidat yang bertarung pada Pilkada Serentak 2018. Sikap ini diperlukan supaya bisa direspons masyarakat secara rasional.

Namun, kata Ubedilah, yang menjadi masalah, ketika ada politikus yang mengeluarkan pernyataan irrasional yang kemudian tidak ditanggapi masyarakat secara rasional. "Publik tidak semuanya rasional, karena ada yang pendidikannya masih rendah, ini bisa memicu melebarnya tensi politik hingga bergeser ke tensi sosial," katanya lagi.

Ubedilah mengatakan, elit politik jelang Pilkada Serentak 2018 memiliki peran sebagai pengendali suasana supaya tidak terjadi konflik antarmassa atau pendukung. Selain itu, juga harus ada pendidikan politik untuk rakyat, agar mereka merespons dinamika secara rasional dan tidak emosional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement