REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, melakukan ground breaking pembangunan Masjid terapung Al Jabbar di Kawasan Gede Bage, Kota Bandung, Jumat (29/12). Menurutnya, ground breaking ini sekaligus menandai pembangunan masjid seluas 21 hektare itu dimulai.
"Pembangunan dimulai hari ini. Jadi, anggaran turun Januari jangan ada jeda harus terus di bangun sampai 2018 Desember," ujar Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher.
Menurut Aher, ia menargetkan sampai Desember 2018 pembangunan masjid tersebut mencapai 70 persen. Jadi, sisanya sekitar 30 persen akan diselesaikan dan diresmikan pada 2019. Pada 2018, dana yang dianggarkan sebesar Rp 511 miliar untuk pembangunan masjid dan satu menaranya. Sisanya, akan dialokasikan di 2019. "Diresmikan nanti oleh gubernur baru, Presiden ga ada masalah. Yang penting kita semua terlibat," katanya.
Aher mengatakan, masjid Al Jabbar akan menampung 60 ribu jamaah kalau sampai pelataran. Namun, kalau di bagian dalam bisa menampung hingga 33 ribu yakni di lantai dua dan lantai tiga. Sementara lantai 1 atau lantai dasar akan dijadikan museum sejarah nabi.
"Masjid itu harus berfungsi ibadah dan pendidikan jadi kami ingin membuat museum sejarah nabi yang ingin masuk museum unik sejarah nabi," katanya.
Aher berharap, nantinya ketika masuk pintu museum, semua pengunjung akan langsung jiwanya menyerah kepada yang maha pencipta setelah selesaidari museum. "Itu yang saya alami. Museum yang akan dibangun nanti, merupakan replikasi dari museum di Mekah dan beberapa museum di negara lain," katanya.
Museum yang akan dibangun, kata dia, adalah museum sejarah Nabi Muhammad SAW yang mengulas berbagai sisi kehidupannya. Museum lainnya, adalah Asmaul Husna seperti yang ada di Madinah, Museum Al Quran, dan museum Tiga Masjid Suci, yakni Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsa.
"Empat museum ini akan dirancang secara moderen, layaknya Museum Gedung Sate. Dengan demikian, masjid ini akan menjadi lokasi edukasi yang menyenangkan dan nyaman bagi masyarakat," katanya.
Lokasinya pun, kata dia, yakni di Jalan Cimincrang yang sangat strategis karena berdekatan dengan GBLA, dilewati akses tol dan nontol Gedebage, juga permukiman penduduk. "Saya ingin museum ini seperti masuk ke museum ke Mekah keluar bercucuran air mata," katanya.
Aher menjamin, pembangunan masjid ini akan terus berjalan walaupun ia dan Deddy Mizwar tak menjabat lagi. Karena, ia akan mengamanahkan pada gubernur yang baru untuk menersukan pembangunan masjid dan museum ini. "Jadi ada empat museum ya. Tapi yang paling besar museum sejarah nabi," katanya.
Aher mengaku, ia sangat senang membangun masjid ini karena dalam Al quran jelas barang siapa yang membangun masjid di dunia maka akan dibangunkan istana oleh Allah di akhirat.
Apalagi, kata dia, nantinyamasjid ini akan menjadi terbesar milik pemerintah. Masjid ini pun, memiliki banyak makna dalam setiap bangunannya. Yakni, masjid di lahan seluas21 hektare yang menandakan masjid ini yang dibangun di abad 21. Selain itu, ada 4 menara yang menggambrkan Jabar masagi.
"Selain itu, menara ke 1, tingginya 33 meter, menara kedua 33 meter, dan menara ke 3 tingginya 33 meter. Kalau dijumlahkan 99 kan Asmaul Husna. Jadi, ada maknanya," katanya.
Menurut Aher, nama Masjid Al Jabbar sendiri memiliki makna banyak yakni 99 Asmaul Husna, Maha hebat, Maha kuasa, dan Maha perkasa. Selain itu,Al Jabbar merupakan ilmu dasar mate-matika yang ditemukan oleh ilmuan islam.
Sementara menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Pekerjaan Umum, Guntoro, pada2018 lahan pembangunan masjid yang akan dibebaskan 25 hektare. Karena,selain membangun masjid akan dibuat juga kolam retensi untuk mengamnkan Gede Bage kalau terjadi banjir. "Ada 33 ribu jamaah yang bisa ditampung di masjid yang akan jadi kebanggaan masyarkat Jabar ini," katanya.
Perlu diketahui, Masjid ini nantinya akan memiliki plaza di bagian depannya dan dikelilingi oleh empat menara berdesain moderen minimalis. Keempat menaranya pun tampak muncul dari dasar danau yang dikeliling taman dan pepohonan. Lokasinya terletak di Jalan Cimincrang Gedebage yang menjadi pusat pengembangan Ibukota Jawa Barat.
Rencananya masjid ini akan didirikan di lahan seluas 25,98 hektare, sebagian besar adalah danau retensi dan lahan terbuka hijau. Danau retensi ini akan berfungsi sebagai embung untuk mengendalikan banjir di Gedebage dan sekitarnya yang biasanya disebabkan oleh luapan anak-anak sungai Citarum.
Masjid berkapasitas 33 ribu orang ini, terdiri atas lantai dasar, lantai pertama, dan lantai mezzanine atau balkon. Semua lantai bagian utama masjid ini memiliki luas 21.793 meter persegi.Semua bangunan masjid ini didirikan di atas struktur fondasi tiang pancang di atas danau retensi.
Selain aula utama masjid, dibangun juga selasar penghubung atau koridor yang menelilingi selasar terbuka depan masjid, juga kolam, dan plaza masjid dengan total luas 17.429 meter persegi. Dari total lahan yang dibutuhkan, 22.100 meter persegi sudah dibebaskan, sedangkan 3,88 hektare sisanya dibebaskan 2018.
Proses pembebasan lahannya dilakukan oleh Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat, sedangkan pembangunan embung telah dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Ground Breaking sendiri dilakukan 29 Desember 2017 dan pembangunan tahap 1 selesai 31 Desember 2018.
Pembangunan dilakukan oleh PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk, dengan nilai kontrak sekitar Rp 511 miliar. Masjid dibangun dengan struktur utama beton, rangka atap dengan struktur baja bentang panjang 99 meter, dengan penutup atap kaca dan alumunium solid panel dengan ketinggian 58 meter. Tiga menara berketinggian 33 meter, dan satu menara lagi 99 meter.
Bangunan masjid berupa atap dan jendela bertumpuk mirip dengan penggunaan atap pada masjid-masjid tradisional di Jawa Barat. Sedangkan tinggi menara 33 meter adalah jumlah bacaan wirid atau tasbih, sedangkan panjang 99 meter pada menara utama dan bentang atap baja mencerminkan 99 nama Asmaul Husna.