Kamis 28 Dec 2017 21:46 WIB

Polisi Ciduk Preman Pemalak Sopir Truk di Purwakarta

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Seorang pemalak sopir truk pengangkut material batu, Aliyudin (42 tahun) warga Desa/Kecamatan Sukatani, Purwakarta, terciduk polisi saat sedang berjaga di pos ronda. Aliyudin, merupakan preman yang sering melakukan pungli dengan korban sopir truk yang melintasi Jl Raya Purwakarta-Padalarang via Sukatani.

Kapolsek Sukatani AKP Suhartana, mengatakan, aksi premanisme ini meresahkan. Terutama, bagi sopir truk yang biasa mengakut material batu dari wilayah Gunung Sembung. Meskipun nomilanya kecil, pungutan liar ini selalu ada setiap harinya. Jadi, setiap hari itu juga para sopir harus menyetor sejumlah uang kepada mereka.

"Pelaku, kami ciduk saat berada di pos ronda yang diduga jadi markas para preman ini," ujar Suharta, kepada Republika.co.id, Kamis (28/12).

Menurut Suhartana, para pelaku ini sering melakukan pungli terhadap sopir truk dengan modus mengaku sebagai pengurus Karang Taruna. Mereka, juga tak segan-segan mengancam para sopir jika tak memberikan uang. Adapun uang yang diminta antara Rp 2.000 sampai Rp 5.000 per unitnya. "Truk yang lewat melintasi jalan tersebut lebih dari 20 unit dalam seharinya. Jadi, bisa dibayangkan berapa penghasilan para preman ini," ujarnya.

Kapolres Purwakarta AKBP Dedy Tabrani menginstruksikan, jelang libur tahun baru ini seluruh preman yang melakukan aksi pungli harus ditertibkan. Pelaku Aliyudin, diberi pembinaan. Supaya, tidak mengulangi perbuatannya lagi. Mengingat, aksi premanisme dan pungli ini sudah sangat meresahkan.

Sementara itu, Ruswana (32 tahun) salah seorang sopir tronton bermuatan material batu, mengaku sangat sebal dengan adanya aksi premanisme ini. Karena, setiap hari mereka memintai uang jalan kepada sopir. Selama aktivitas armada batu berjalan, maka selama itu pula para preman itu melakukan pungli. "Kalau kami beroperasi 24 jam, ya mereka juga ada di pos itu selama itu pula," ujarnya.

Karena itu, dirinya berharap para preman ini untuk diberantas. Apalagi, pungli yang mereka lakukan tidak masuk ke kas desa ataupun daerah. Jadi, uang yang diperoleh murni masuk ke saku pribadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement