REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arie Lukihardianti, Fauziah Mursid
Tak ada teman abadi dalam politik kecuali kepentingan yang selalu abadi. Ungkapan ini rasanya pas disematkan pada proses Pilgub Jawa Barat yang saat ini para aktor politiknya terus bermanuver.
Ridwan Kamil menjadi korban pertama permainan ini. Wali Kota Bandung yang sudah secara resmi diusung Partai Golkar ini mendadak dicabut pengesahannya. Suksesi di Golkar menjadi sebab ditinggalkannya Ridwan oleh Golkar.
Aktor kedua yang kena gelombang ketidaksetiaan politik ini adalah Deddy Mizwar. Demiz, panggilan akrab Dedy, nasibnya lebih tragis. Tiga partai: Gerindra, PKS, dan PAN sudah secara resmi mengusung dan menyampaikan kepada publik menjadikan Demiz sebagai cagub, tiba-tiba semua berubah.
Entah tidak cocok atau tersinggung dengan sikap Demiz, Gerindra langsung banting setir dan membawa nama Sudrajat sebagai cagub. Angin Gerindra yang berubah pun menghempas PKS dan PAN. Kedua partai ini pun ikut Gerindra.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengungkapkan permohonan maaf jika keputusan koalisi tiga partai di Pilkada 2018 tidak memuaskan sejumlah pihak. Hal tersebut diungkapkannya menyusul keputusan di Jawa Barat, PKS dan PAN menarik dukungan semula dari Deddy Mizwar-Ahmad Saikhu menjadi Sudrajat-Saikhu.
"Saya ingin memakai kesempatan ini untuk meminta maaf dengan pihak-pihak yang mungkin kecewa dengan pilihan kita. Kami terpaksa mengambil keputusan yang terbaik dari yang ada," kata Prabowo dalam sambutannya di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan pada Rabu (27/12).
Ia menyadari bahwa keputusan tersebut mengecewakan beberapa pihak maupun menimbulkan ketidakpuasan. Namun hal tersebut adalah bagian dari proses demokrasi.
"Inilah proses demokrasi, kita merasakan. Kita telah bekerja keras, berusaha untuk mematuhi kaidah-kaidah demokratis. Terutama orientasi kami, kami ingin memberi kader terbaik," kata Prabowo
Sebelumnya, PKS bersama PAN dan Partai Demokrat di Jawa Barat telah mendukung pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Saikhu sebagai bakal cagub maupun cawagub Pilgub Jabar 2018 mendatang. Namun di akhir-akhir, tiga parpol berkoalisi di lima provinsi, salah satunya Jawa Barat.
Padahal, berdasarkan hasil survei Poltracking Indonesia pada 10 sampai 15 November terhadap 1.200 responden, Deddy Mizwar merupakan penantang terberat Ridwan Kamil dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat 2018 mendatang.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR, mengatakan, jika kandidat disimulasikan secara head to head, maka elektabikitas Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar berada pada gap elektabilitas di 20,6 persen.
"Di mana elektabilitas Ridwan Kamil 49,4 persen unggul signifikan. Sementara Deddy Mizwar 28,8 persen di posisi kedua," kata Hanta.
Ia mengatakan, terdapat dua dimensi personal yang cukup kompetitif antara Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar dibandingkan dimensi lainnya. Di mana, dalam aspek religius, Ridwan Kamil lebih unggul dari Deddy Mizwar. "Ridwan Kamil 33,6 persen dan Deddy Mizwar 30,9 persen," tambahnya.
Sedangkan pada dimensi atau aspek Membela Umat Islam, Ridwan Kamil berada pada 27,3 persen dan Demiz berada di 24,1 persen. Jika dilihat dari kinerja Deddy Mizwar yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Jabar, 56,5 persen publik mengaku puas dengan kinerja Demiz.
"Secara kuantitatif tingkat penilaian ini tidak terlalu tinggi karena di bawah 60 persen," tambah Hanta.
Pada survei sebelumnya pun menunjukkan hasil yang sama. Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan Ridwan Kamil memiliki potensi terbesar untuk memenangkan Pilgub Jabar 2018. Dalam pertanyaan spontan (top of mind) yang diperoleh dari 820 responden, membuktikan 16,8 persen pemilih mendukung Ridwan Kamil.
Jika dibandingkan dengan calon lainnya, Deddy Mizwar berada pada posisi kedua, dengan memperoleh 3,8 persen. Dedy Mulyadi di posisi ketiga 2,2 persen dan Abdullah Gymnastiar sebesar 1,5 persen. Sementara nama-nama lainnya masih dibawah 1 persen.
Survei dilakukan 27 September-3 Oktober 2017 terhadap 820 responden di Jawa Barat, dengan metode multi-stage random sampling dengan margin of error 3,5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Chemistry Dedi-Deddy
Probabilitas ini yang kemudian disambar Golkar. Tak lama setelah keputusan Gerindra cs, politisi Partai Golkar yang juga Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengaku punya chemistry dengan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar terkait pertarungan di Pilgub Jawa Barat 2018-2023.
"Kalau Anda (wartawan) bertanya apakah saya punya chemistry dengan Pak Demiz (Deddy Mizwar), silakan lihat sendiri seperti waktu Pak Demiz berkunjung ke Kantor DPD," kata Dedi Mulyadi saat menggelar jumpa pers, di Kota Bandung, Rabu malam.
Dedi menuturkan chemistry antara dirinya dengan Deddy Mizwar cukup kuat, bahkan keduanya sempat mengutarakan ide untuk membuat sebuah karya seni berupa film terkait Pilgub Jawa Barat 2018.
"Waktu Pak Demiz bersilaturahmi ke DPD, beliau bilang bakal bikin film Pacar Ketinggalan Kereta dan sekarang keretanya sudah balik ke stasiun," ujar dia.
Menurut dia, chemistry antara dirinya dengan Deddy Mizwar berlangsung cepat sehingga Partai Golkar memutuskan untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat yang mengusung Deddy Mizwar di Pilgub Jawa Barat.
Sebelumnya, DPD Partai Golkar dan DPD Partai Demokrat Jawa Barat sepakat untuk menjalin koalisi di Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018-2023. Keputusan tersebut ditetapkan hanya dalam kurun waktu kurang dari satu jam.
Meskipun sudah memutuskan untuk berkoalisi di Pilgub Jawa Barat 2018, kedua partai politik tersebut belum memutuskan siapa kandidat cagub dan cawagub yang akan diusung di Pilgub Jawa Barat.
Sikap Demiz
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menghormati keputusan DPP PKS yang tidak jadi mengusungnya sebagai kandidat calon gubernur Jawa Barat di Pilgub Jawa Barat 2018. Sikap Deddy Mizwar terkait keputusan DPP PKS di Pilgub Jawa Barat 2018 disampaikan melalui akun instagram miliknya @deddy_mizwar, pada Rabu malam sekitar pukul 20.49 WIB.
Ini pernyataan Demiz:
Menyikapi perkembangan politik terkini terkait keputusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memutuskan berkoalisi untuk mengusung pasangan Mayjen (Purn) Sudrajat-Ustadz Ahmad Syaikhu sebagai pasangan calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jawa Barat saya sangat menghormati keputusan politik tersebut, dan hal tersebut adalah suatu dinamika yang biasa dalam politik.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa PKS sebelumnya telah bersepakat mengusung saya dan Ustadz Ahmad Syaikhu sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jabar, maka dengan keputusan terbaru dari PKS tersebut, maka koalisi yang kami bangun dengan PKS untuk pilkada Jabar dengan demikian harus berakhir.
Untuk diketahui bersama, pada awalnya Gerindra dan PKS bersepakat untuk mengusung saya sebagai calon Gubernur Jawa Barat. Pada perkembangan berikutnya, Gerindra berpisah, dan kemudian terbentuk koalisi zaman now di mana PKS tetap konsisten mengusung saya bersama dengan Demokrat dan PAN.
Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamin, selama kesepakatan koalisi sebelumnya itu, komunikasi dan kerja sama dengan PKS senantiasa berjalan sangat baik. Demikian juga setelah adanya pengumuman dari PKS terkait koalisi barunya dengan Gerindra, saya tetap bersilaturahmi dan komunikasi dengan baik dengan pihak-pihak terkait.
Akhir kata, salam hormat saya untuk seluruh jajaran pengurus dan kader PKS yang selama ini telah membersamai saya dalam perjalanan menuju Pilkada Jabar 2018 ini; rekan-rekan PKS telah banyak mewarnai saya dengan integritas nilai-nilai yang Islami. Semoga Allah SWT merahmati kita semua, dan kami berdoa agar Pilkada Jabar 2018 ini akan berlangsung dengan aman, tertib, dan damai.