REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari 2018. Namun demikian, memasuki musim liburan Natal dan Tahun Baru 2018, pemerintah dan masyarakat tetap diimbau untuk waspada sebagai bentuk mitigasi bencana. Sehingga, musim liburan dapat dilalui dengan aman dan nyaman.
Demikian disampaikan Deputi Kepala BMKG Bidang Klimatologi Herizal dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema "Persiapan Natal & Tahun Baru 2018" yang berlangsung di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Kamis (21/12).
"Pertama, perlu waspada banjir dan genangan, yakni dengan menjaga lingkungan. Genangan dan banjir bisa hilang kalau kita menjaga lingkungan. Hujan biarlah turun dan kalau lingkungan bagus, airnya bisa mengalir ke laut," jelas Herizal.
Kedua, lanjutnya, yang perlu diwaspadai adalah rawa-rawa. Menurut Herizal, rawa-rawa sebagai tempat transit air hujan sebaiknya dikonservasi. "Karena kalau rawa-rawa tidak dipedulikan, maka air dapat menggenangi halaman rumah kita," sambungnya.
Terakhir, Herizal menyebut awan gelap sebagai hal yang perlu diwaspadai saat musim hujan, karena diperkirakan saat ini berpotensi terjadi hujan es. "Ketika kita bicara musim hujan, kalau melihat ada awan gelap, kalau bisa kita menghindari tempat-tempat yang atapnya kurang kuat, mengingat ada hujan es," ujarnya.
Menurutnya jika masyarakat bisa mewaspadai hal-hal tersebut, maka dalam menghadapi musim hujan pada masa liburan Natal dan Tahun Baru 2018 ini tidak ada yang perlu ditakuti. "Musim ini tidak perlu ditakuti, hanya kita harus bisa menyesuaikan saja dengan kondisi lingkungan," kata Herizal.
Berdasarkan data BMKG, sampai saat ini sebanyak 319 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 93,27 persen sudah memasuki musim hujan. Sedangkan sisanya 23 ZOM atau sekitar 6,73 persen masih mengalami musim kemarau.