Kamis 21 Dec 2017 16:04 WIB

Ditinggal Golkar, Emil Fokus Jaga Dukungan Tiga Parpol Lain

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Andri Saubani
 Walikota Bandung Ridwan Kamil usai menghadiri Dialog Terbuka Iluni UI yang diselenggarakan di UI Depok, Kamis (21/12).
Foto: Foto: Mg01
Walikota Bandung Ridwan Kamil usai menghadiri Dialog Terbuka Iluni UI yang diselenggarakan di UI Depok, Kamis (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Bakal calon gubernur Jawa Barat (Jabar) yang juga Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (Emil) mengatakan, penarikan dukungan Partai Golkar tak membuatnya 'patah arang'. Bahkan, ia mengaku semakin bersemangat untuk terus menjalin komunikasi dengan tiga partai pendukung yakni Nasdem, PPP dan PKB serta tak menutup kemungkinan jalin komunikasi dengan partai lainnya.

"Golkar tarik diri, ya nggak masalah. Itu dinamika politik yang harus terus berkomunikasi untuk mencari dukungan, karena memenej ekspetasi itu tidak mudah. Misalkan tiap partai mendukung tapi ada satu syarat minta jadi wakil atau apa. Tapi intinya tidak ada masalah sampai ke detik-detik terakhir kita cari Jalan keluarnya," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil seusai acara Dialog Terbuka Pembangunan Jabar yang diselenggarakan ILUNI UI di Kampus UI Depok, Kamis (21/12).

Emil menambahkan, sebenarnya tanpa Golkar, tiket untuk melaju di Pilkada Jabar 2018 sudah dipegangnya. "Untuk itu saya akan fokus untuk mempererat kebersamaan dengan tiga partai pendukung yang ada yakni Nasdem, PPP dan PKB yang kalau dijumlah totalnya sudah 21 kursi. Itu memenuhi syarat saya dapat maju sebagai calon gubernur," tegasnya.

Menurut Emil, komunikasi juga tetap dilakukannya dengan partai lainnya. "Jika Allah memberikan jalan, peluang merangkul partai lain masih terbuka lebar. Jadi saya masih berihtiaar dan berkomunikasi agar satu sama lain bermufakat. Saya akan bertemu dengan petinggi partai Nasdem, PPP dan PKB untuk menyamakan informasi dan lain sebagainya," tuturnya.

Emil menegaskan, komunikasi belum menyangkut teknik dan usulan untuk posisi calon wakil, karena opsi-opsi harus dibahas lebih mendalam untuk mencapai kesepakatan agar tidak ada lagi miskomunikasi. "Saya sampaikan, setiap partai punya syarat ekspetasi kadang-kadang komunikasinya langsung kadang-kadang butuh proses lama. Kadang orangnya cocok untuk calon wakil namun survei tak cocok. Tidak ada istilah tolak menolak, tapi mencari jalan keluar dan kesepakatan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement