REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto memiliki waktu dua tahun untuk membuktikan kepemimpiannya. Dengan tidak adanya perpanjangan masa jabatan yang ditetapkan di Munaaslub Partai Golkar, berarti Airlangga hanya mengisi kekosongan kepemimpinan Golkar, yang ditinggal Setya Novanto.
"Setelah 2019 ada lagi munas untuk memilih ketum baru, apakah tetap Airlangga atau tidak, lain hal lagi," kata Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, saat dihubungi, Rabu (20/12).
Adi mengatakan dengan masa kepemimpinan hanya dua tahun maka tugas berat bagi Airlangga untuk membangkitkan Golkar. "Ini agak susah ya, (Golkar) sudah terlanjur terpuruk, apalagi sebentar lagi disibukkan dengan tahun politik," kata Adi, Rabu (20/12).
Untuk membawa Golkar mendapatkan kepercayaan publik lagi adalah pekerjaan rumah yang berat. Terlebih ketua umum sebelumnya, Setya Novanto, tersandung kasus korupsi.
Mendati demikian sambung Adi, bukan berarti Airlangga tidak mampu membawa Golkar kembali jaya. "Saya kira (Airlangga) tetap mampu (bangkitkan Golkar), tapi tidak dalam waktu dekat, dia butuh waktu yang cukup lama," jelasnya.