Selasa 19 Dec 2017 17:27 WIB

Perguruan Tinggi Miliki Peran Vital Pembangunan Bangsa

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Winda Destiana Putri
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Dies Natalis UGM, Selasa (19/12).
Foto: dok. Biro Pers Istana Negara
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Dies Natalis UGM, Selasa (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Presiden Joko Widodo berkunjung kembali ke almamater yang telah membesarkannya, Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (19/12). Kehadiran Jokowi di kampus ini untuk memberikan kuliah umum di hadapan para mahasiswa dan sejumlah guru besar dalam peringatan Dies Natalis ke-68 UGM.

Berbicara soal pendidikan, Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa perguruan tinggi akan selalu memegang peranan sentral dalam pembangunan bangsa dan negara. Untuk itu, perguruan tinggi tetap harus berbenah dalam menghadapi berbagai perubahan zaman yang berada di sekitar.

"Yang kita harus waspadai adalah tantangan zaman yang selalu berubah dan sangat dinamis," kata Jokowi melalaui siaran pers istana negara.

Dewasa ini, lanjutnya, perkembangan teknologi dirasakan sedemikian cepat. Teknologi yang kita rasakan baru saja muncul secara tiba-tiba sudah bersiap untuk digantikan oleh teknologi yang lebih baru. Perkembangan ini tentu sangat memengaruhi tantangan bagi pendidikan tinggi. Lahirnya teknologi baru membuat beberapa jenis pekerjaan hilang. Misalnya tukang pos yang dulu sangat penting sekarang ini tidak dikenal lagi.

Tak hanya itu, perkembangan teknologi juga amat memengaruhi dunia bisnis. Di berbagai belahan dunia kita menyaksikan satu per satu industri yang tidak siap beradaptasi dengan perubahan tak sanggup berhadapan dengan industri-industri baru yang lihai memanfaatkan teknologi.

"Bahkan dunia politik dan pemerintahan juga harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai macam inovasi. Pemerintahan dipaksa untuk kerja cepat dan efisien," ujar Jokowi.

Hal-hal seperti inilah yang perguruan tinggi harus mampu meresponsnya. Menurut dia, perguruan tinggi harus mampu untuk mendidik dan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang sangat dibutuhkan di masa mendatang serta yang sanggup membangun lapangan kerja baru bagi jutaan masyarakat.

"Yang justru sangat penting ditingkatkan jumlahnya adalah para entrepreneur, para usahawan, yang akan menghasilkan peluang kerja baru dan membangun nilai tambah," ia menjelaskan.

Cerita masa muda

Kembali menjejakkan kaki di Kampus Biru membuatnya teringat kembali kenangan selama 37 tahun silam. Kenangan itulah yang pertama disampaikan di awal kuliah umum yang diselenggarakan di Grha Sabha Pramana UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Sebagai mahasiswa yang berambut gondrong bercelana cutbrai, bercita-cita menjadi pegawai Perhutani. Ternyata malah menjadi Presiden Republik Indonesia," ujarnya yang disambut riuh tepuk tangan.

Ia mengakui, bahwa pendidikan yang diberikan oleh almamaternya itu membuatnya mampu memberikan sumbangan tenaga dan pikiran untuk bangsa seperti sekarang ini.

"Pendidikan yang membuat alumninya mencintai Indonesia, yang melahirkan para pembela Pancasila, yang menancapkan jiwa kerakyatan, yang menanamkan integritas dan profesionalisme," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement