REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ada banyak watak kepemimpinan yang diwariskan oleh raja-raja di Jawa. Salah satunya, ajaran kepemimpinan Asthabrata yang disarikan dari delapan watak dewa dalam kisah Ramayana. Kedelapan watak pemimpin ini dijalankan secara turun-temurun di empat kerajaan Dalem Mataram, yakni Kasultanan Ngayogykarta Hadiningrat, Kadipaten Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran.
Untuk menyusun kembali dan merekam jejak kekayaan sastra yang dimiliki Pura Pakualaman, pihak kerajaan meluncurkan buku berjudul 'Ajaran Kepemimpinan Asthabrata', yang ditulis sendiri oleh KGPAA Paku Alam X selaku raja yang bertahta saat ini. Paku Alam X menyebutkan, buku ini disusun berdasarkan naskah-naskah yang disusun sejak pemerintahan Paku Alam I hingga Paku Alam IX.
Lantas apa saja sifat yang dimiliki delapan batara dalam buku tersebut? Republika mencoba merangkumnya berikut ini:
1. Batara Indra
Dengan menggunakan teladan Batara Indra yang sangat memperhatikan pendidikan, seorang pemimpin diharapkan selalu memperhatikan pendidikan orang-orang yang dipimpinnya. Dia akan selalu memberi kesempatan kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk maju dan berkembang. Akan tetapi, kesempatan itu diberikan dengan memperhatikan bakat dan karakteristik mereka. Mereka yang dikaruniai olah pikir cemerlang akan diperlakukan secara berbeda dengan mereka yang tidak terlalu pintar. Demikian juga halnya dengan mereka yang malas belajar, mereka akan dididik dengan disiplin yang tinggi agar menyadari pentingnya menuntut ilmu.
Selain itu, seorang pemimpin juga dituntut untuk cerdik cendekia dan dapat menjadi tempat bertanya bagi siapa saja yang memerlukan jawaban dari persoalan-persoalan yang dihadapinya.
2. Batara Yama
Seorang pemimpin juga disyaratkan untuk bersifat adil dan memiliki ketegasan dalam menegakkan hukum. Semua jenis kejahatan baik kecil maupun besar akan ditimbangnya secara adil. Hal itu juga meliputi kejahatan yang dilakukan secara fisik (dengan kekerasan) dan kejahatan intelektual. Dia akan menerapkan hukumnya bahkan sampai pada anggota keluarganya. Tidak ada orang yang bisa lolos dari jerat hukum jika dia melakukan kesalahan. Oleh karena itu, terus-menerus dilakukan upaya untuk memburu para penjahat; penjara pun dibuka lebar untuk menghukum para penjahat.
Meskipun dia sangat tegas dalam menjatuhkan hukuman, dia akan mengampuni para penjahat yang telah menjalani hukuman dan berjanji tidak akan melakukan kejahatan lagi. Akan tetapi, jika penjahat itu mengingkari janjinya, hukuman mati disiapkan untuk mereka.
3. Batara Surya
Seorang pemimpin disyaratkan memiliki kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan dan dermawan. Hanya dengan uang banyak pekerjaan dapat diselesaikan. Uang dapat digunakan untuk mengentaskan si miskin dari kemiskinannya. Di samping itu, uang juga dapat dikembangkan sehingga diperoleh keuntungan finansial yang tidak terbatas dan pada akhirnya dapat digunakan untuk menyejahterakan rakyatnya. Namun, hal penting yang harus diingat ialah uang itu harus diperoleh melalui jalan yang benar. Di samping itu, kekayaan berupa uang tesebut tidak boleh dipamerkan.
Seorang pemimpin juga harus menguasai kiat mengelola keuangan agar kemakmuran yang dimiliki dapat diteruskan sampai ke generasi penerusnya. Untuk itu, perilaku boros harus dihindari. Betapapun tingginya kedudukan seseorang jika tidak ditopang oleh kemampuan keuangan dia akan menjadi pendek akal dan tidak lapang dada.
4. Batara Candra
Seorang pemimpin idealnya memiliki pesona dan kepribadian yang menarik. Dengan kelebihan itu, dia mendapatkan empati dari rakyat yang dipimpinnya. Mereka selalu merindukan kehadiran sang pemimpin yang akan berada di tengah-tengah mereka dengan kata-kata yang menyejukkan. Sang pemimpin akan terus menerus menebarkan benih cinta kasih sehingga rakyat yang dipimpinnya akan selalu setia, tunduk, dan patuh kepadanya.
Negeri dengan pemimpin seperti ini akan menjadi negeri yang tenteram dan damai. Tidak ada permusuhan di kalangan rakyat. Meneladani sang pemimpin, mereka saling mengasihi dan menyayangi. Dalam kalbu mereka hanya bersemayam rasa cinta bukan hasut, iri, atau dengki.
5. Batara Bayu
Seorang pemimpin ideal disyaratkan memiliki keteguhan hati dan tidak mudah terhasut. Keteguhan sikapnya itu menyebabkan rakyat yang dipimpinnya tidak akan bertindak sembarangan. Mereka akan tunduk dan patuh pada pemimpinnya karena dia menerapkan sanksi yang sangat tegas. Tak seorang pun dapat mengubah pendiriannya karena perbuatannya dilandasi oleh sebuah keyakinan yang teguh dan selalu berpijak pada kebenaran.
Mereka yang tetap tidak mengikuti keteladanannya akan diberi kesempatan untuk memperbaiki kinerjanya dengan berbagai fasilitas yang dimaksudkan sebagai //pasemon// atau 'sindiran halus' bagi ketidakcakapannya. Fasilitas itu terus-menerus dikucurkan sampai yang bersangkutan menyadari kekeliruannya. Jika mereka tetap tidak dapat memahami pasemon itu, sanksi yang sangat tegas akan dijatuhkan. Namun, apabila mereka segera dapat membaca pasemon tersebut dan menyadari kekeliruannya, mereka akan diampuni.
6. Batara Wisnu
Seorang pemimpin yang ideal hendaknya memiliki watak asketis atau petapa. Dia harus memiliki kemampuan menjaga jarak terhadap gemerlap kehidupan duniawi. Yang dilakukannya adalah terus menerus beribadah kepada Tuhan Yang Mahakuasa sebagai bekal untuk mengarungi alam keabadian. Karena batinnya telah berhasil disucikan, dia dapat memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pada hakikatnya adalah ketentuan Tuhan Yang Mahakuasa.
Di bawah perlindungan pemimpin yang petapa seperti ini, seluruh rakyat yang dipimpinnya pun akan selalu melakukan tindakan yang terpuji dan memelihara keutamaan budinya. Meneladani sang pemimpin, mereka dengan tekun mempelajari rahasia alam semesta. Mereka menyiapkan bekal untuk kehidupan di alam akhirat dengan berpedoman pada ajaran sang pemimpin. Tidak ada godaan yang dapat membatalkan niatnya.
7. Batara Brama
Seorang Pemimpin adalah seorang yang memiliki keberanian dan memiliki wawasan kewilayahan yang memadai. Dengan modal itu, secara terus-menerus dia akan mengkonsolidasikan kekuatannya sehingga rakyat yang dipimpinnya selalu berada dalam kontrolnya. Dia akan melindungi daerah kekuasaannya dari kemungkinan adanya musuh yang bermaksud untuk mengganggu kedaulatan wilayahnya.
Di bawah pemimpin seperti itu, rakyat pun memiliki keperwiraan yang tangguh. Jika diperlukan, mereka dapat digerakkan untuk menghadapi musuh setangguh apapun. Rasa takut tidak akan dapat menghalani mereka karena telah mendapatkan restu dari pemimpin mereka yang gagah berani.
8. Batara Baruna
Kriteria lain yang penting bagi seorang pemimpin adalah kepandaian, kebersahajaan, dan kemampuan mengayomi. Ketiga sifat ini menyebabkan sang pemimpin disegani dan dihormati. Pihak-pihak yang semula memandangnya dengan rasa permusuhan, akan segera takluk dan sujud di hadapan pemimpin seperti ini. Mereka sadar bahwa sang pemimpin adalah sosok yang tidak tertandingi.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, sang pemimpin tidak menjadikan hal itu sebagai alat untuk menyombongkan diri. Dia selalu berupaya untuk mengembangkan diri. Sesulit apapun jalan yang harus ditempuh untuk memperdalam pengetahuannya, semuanya akan dijalani dengan rendah hati.
Bercermin pada sifat pemimpin yang seperti ini, akan terus-menerus berupaya meningkatkan kemampuan diri.