REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brevet Komando Pasukan Khusus (Kopassus) kini berada di dada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Proses penyematan brevet tersebut dilakukan dengan melakukan serangkaian aksi personel pasukan baret merah itu di Markas Komando (Mako) Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur.
Atraksi terjun payung, fast roping dari helikopter, rapling dari atas Gedung Sarwo Edhie Wibowo, serta bunyi-bunyi ledakan dan bom asap dilakukan sebelum upacara penyematan baret, pisau, dan brevet komando Kopassus. Usai atraksi dilakukan, Hadi selaku Inspektur Upacara mempersilakan komandan upacara untuk melakukan upacara. Ketika tiba saatnya melakukan penyematan, dua penerjun payung dengan parasut berwarna abu mendarat di lapangan Mako Kopassus. Keduanya membawa perlengkapan yang akan disematkan ke Hadi.
Penyematan itu dilakukan oleh Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal TNI Madsuni. Setelah itu, dilakukanlah pemberian amanat oleh Hadi kepada para pasukan yang hadir dalam upacara tersebut. "Sebagai Panglima TNI dan pribadi, saya merasa bangga dan suatu kehormatan bagi saya karena mendapatkan baret merah dan brevet Kopassus," ungkap Hadi mengawali pemberian amanat, Senin (18/12).
Rasa kebanggaan dan kehormatan itu, kata Hadi, ia akan tanam di hati sanubarinya yang paling dalam. Ia merasa seperti itu karena tak semua prajurit bisa menggunakan baret merah milik pasukan Kopassus, pasukan yang memiliki klasifikasi tingkat tinggi.
"Tantangan tugas ke depan tidak semakin ringan. Apabila kita melihat fenomena ancaman global, fenimena itu berubah. Mari kita semua meningkatkan kemampuan dan etos kerja," katanya.
Ia menambahkan, terdapat pesan moral dari pemberian baret merah dan brevet komando Kopassus kepadanya. Pesan moral tersebut, menurut Hadi, adalah dirinya harus membawa TNI menjadi TNI yang profesional dan modern. "Profesional dan modern bisa kita capai apabila didukung dengan kemampuan, soliditas, dan solidaritas antar satuan," tegas Hadi.
Menurut dia, kunci keberhasilan tugas TNI berupa komitmen sekecil apapun yang dibuat oleh mereka. Karena itu, netralitas TNI sangat-sangat diperlukan. Meski begitu, lanjut Hadi, TNI juga harus tahu tentang politik.
"Jangan sampai kita terbawa ke arah politik praktis. Namun, kita juga harus tahu tentang pokitik. Untuk itu, marilah kita sama-sama menjaga netralitas, meningkatkan soliditas di internal, dan soliditas antara TNI dan Polri," jelasnya.