Jumat 15 Dec 2017 14:01 WIB

5 Suspek Difteri Ditemukan di Kota Bekasi

Rep: Farah Noersativa/ Red: Winda Destiana Putri
Petugas Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat menyuntikkan vaksin DPT (Difteri, Tetanus, dan Pertusis) ke mahasiswa Universitas Tarumanegara (UNTAR) di Jakarta, Kamis (14/12).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Petugas Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat menyuntikkan vaksin DPT (Difteri, Tetanus, dan Pertusis) ke mahasiswa Universitas Tarumanegara (UNTAR) di Jakarta, Kamis (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengindikasikan sebanyak lima orang pasien suspek difteri di Kota Bekasi pada Bulan Desember 2017. Kelimanya saat ini masih menunggu hasil laboratorium untuk memastikan penyakit penyebabnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Kusnanto Saidi mengatakan kelima suspek tersebut merupakan warga Bekasi yang terdiri atas empat orang anak-anak dan satu orang dewasa. "Jumlah itu bertambah di Bulan Desember karena masyarakat sudah semakin sadar untuk memeriksakan sakitnya," ujar Kusnanto dalam keterangan pers di Kantor Humas Pemerintah Kota Bekasi, Jumat (15/12).

Kelima pasien suspek difteri itu dirawat di beberapa rumah sakit, di antaranya di Rumah Sakit (RS) Hermina Galaxy Bekasi Selatan, RS Hermina Kemakmuran Bekasi Selatan, dan RS Awal Bros Kayuringin Bekasi Selatan. "Satu pasien dewasa dirujuk ke RS Sulianti Saroso Jakarta Utara," ungkap Kusnanto.

Sementara saat ini masih menunggu hasil uji labortorium dari kelima suspek, Kusnanto menyebut bukan berarti pasien dibiarkan tanpa perawatan karena masih menunggu status. Kami terus lakukan perawatan intensif, untuk kesembuhan pasien, entah hasilnya itu difteri atau bukan, katanya.

Selama tahun 2017, menurut data pasien difteri yang tercover dari Dinkes Kota Bekasi, ada sebanyak 12 pasien yang terindikasi penyakit difteri. Kusnanto mengatakan dari keduabelas pasien, empat di antaranya sudah positif difteri.

"Sisanya, kata dia, hasil laboratoriumnya negatif difteri. Namun dari keduabelas pasien itu pada akhirnya sembuh," ujarnya.

Dokter Spesialis Anak RS Umum Daerah Kota Bekasi, dr Thomas yang juga hadir dalam keterangan pers itu mengatakan, proses uji laboratorium sendiri memang memakan waktu yang cukup lama. "Dibutuhkan waktu minimal 4 sampai 7 hari untuk proses uji laboratoriumnya," katanya.

Proses uji laboratorium itu, jelas dia, pada awalnya dilakukan pengambilan jaringan yang terkena ruam tersebut. Setelah itu, jaringan ditanamkan di media, dan ditunggu untuk proses penumbuhan jaringan itu. Dari situ, kata dia, bisa terlihat apakah yang tumbuh adalah virus penyebab difteri atau bukan.

Sampai saat ini Dinkes Kota Bekasi masih gencar melakukan kegiatan imunisasi kepada masyarakat, terlebih pada anak-anak. Pihak Dinkes pun mengimbau kepada masyarakat untuk memberikan vaksin difteri untuk memperkuat daya tahan tubuh pada individu anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement