Rabu 13 Dec 2017 07:33 WIB

Tahta Ketum Golkar, Pertarungan Antara Cendana dan Istana

Ilustrasi Partai Golkar
Foto: Republika
Ilustrasi Partai Golkar

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mabruroh, Dian Erika

Untuk pengganti Setya Novanto sebagai ketua umum Partai Golkar, secara garis besar ada dua kubu. Yakni, kubu istana (pemerintah) yang mendukung Airlangga Hartarto (menteri perindustrian) dan kubu Cendana yang mendukung Titiek Soeharto (anak presiden kedua RI Soeharto).

Airlangga Hartarto yang sekarang menjadi pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai menteri perindustrian berjanji akan tetap mendukung Jokowi sebagai calon presiden pada 2019-2024. Hal ini menjadi poin plus bagi pencalonan Airlangga.

Apalagi, secara terang-terangan, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku mendukung Airlangga Hartarto untuk maju menjadi calon ketua umum Golkar melalui musyawarah nasional luar biasa (munaslub) untuk menggantikan Setya Novanto.

"Di antara semua calon yang muncul saya kira Airlangga yang paling kurang masalahnya, artinya tidak pernah berurusan dengan KPK, kejaksaan atau apa pun tidak pernah juga soal yang lain, jadi harus orang yang betul-betul dapat diterima semua pihak," kata JK.

Sedangkan dari kubu cendana, Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) ikut meramaikan bursa bakal calon ketua umum Partai Golkar menggantikan Setya Novanto. Bahkan, Titiek pada Sabtu (9/12) kemarin di kediaman Cendana, mengundang sesepuh Partai Golkar terkait keinginan tersebut.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan kehormatan Partai Golkar Akbar Tanjung yang turut diundang. Dia mengatakan, keinginan Titiek itu sebagai bagian dari upaya keluarga Cendana ikut memperkuat Partai Golkar.

"Kami diundang oleh Mbak Tutut dan bisa dikatakan sebagai kepala kelurga dari anak-anak Pak Harto menyampaikan bahwa mereka juga terpanggil untuk memperkuat Partai Golkar dalam agenda-agenda partai politik ke depan dan dari pihak keluarga telah menyetujui mbak Titiek," ujar Akbar saat ditemui wartawan di Casablanca, Kuningan, Jakarta, Ahad (10/12).

Menurut Akbar, sebagai kader Partai Golkar, Titiek mempunyai kesempatan memimpin Partai Golkar. Titiek sendiri, kata dia, sudah aktif cukup lama di Golkar, yaitu dengan ikut bergabung di kepengurusan Partai Golkar dan di Fraksi Partai Golkar.

"Berarti dia sudah dalam lingkungan Golkar. Tentu apa yang menjadi ketum yang punya suara yg ada di dalam lingkungan partai. Bagaimana nanti dalam kenyataan ada unsur yang telah didukung oleh DPD I, termasuk di situ ada namanya Mbak Titiek ya harus diliat sebagai suatu fakta, tinggal nanti kita lihat di munas seperti apa," kata Akbar.

Akbar mengungkapkan, dalam pertemuan dengan keluarga Cendana kemarin ia juga menjelaskan perkembangan terkini di Partai Golkar salah satunya keinginan munaslub dari seluruh DPD Golkar provinsi. Ia juga mengungkapkan, dari dorongan DPD juga sekaligus muncul calon yang disebut paling banyak mendapat dukungan Airlangga Hartarto.

Namun, pencalonan Titiek ini tidak lepas dari kritikan. Menurut pengamat, jika hanya bermodalkan nama wangi ayahnya, Titiek dinilai akan sulit untuk bersaing memperebutkan kursi Golkar 1.

“Mbak Titiek kan menyandang nama besar ayahnya, tetapi apakah kemudian bisa menjadi modal besar untuk memenangkan pertarungan munaslub?” kata pengamat politik Yunarto Wijaya saat dihubungi, Senin (11/12).

Menurut Yunarto, nama besar ayahnya dengan Munaslub Partai Golkar adalah dua hal yang berbeda. Ditambah lagi keluarga Cendana ini dinilai sudah tidak lagi memiliki pengaruh di Golkar.

Buktinya, kata dia, anak bungsu presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, pun pernah mencoba menduduki bangku Golkar 1. Sayangnya dalam munaslub 2009 di Riau, satu suara pun tidak didapatkan oleh anak mantan pemimpin Partai Golkar itu.

“Dulu Tommy Soeharto tidak mendapatkan satu suara pun dalam Munas Golkar di Riau,” ujar Yunarto.

Permasalahannya, kata dia, karena nama besar Soeharto sudah tidak lagi wangi bagi kalangan Golkar saat ini. Nama Soeharto, kata dia, masih menjadi magnet bila dihadapkan kepada para sesepuh Golkar.

“Nama besar Pak Harto ini lebih memiliki magnet pada sosok-sosok sepuh di Golkar,” ujarnya.

Para Calon Perebut Takhta Novanto

Ketua DPR

Aziz Syamsuddin

Jabatan: Sekretaris Fraksi Partai Golkar

Keunggulan: Ditunjuk langsung Setya Novanto

Agus Gumiwang

Jabatan: Anggota DPR

Keunggulan: Belum pernah berurusan dengan KPK

Bambang Soesatyo

Jabatan: Ketua Komisi III DPR

Keunggulan: Pernah mendapat predikat anggota DPR berkinerja baik oleh Formappi

Calon Ketua Umum Golkar

Airlangga Hartarto

Jabatan: Menteri Perindustrian

Keunggulan: Didukung pemerintah

Titiek Soeharto

Jabatan: Anggota DPR

Keunggulan: Keluarga Soeharto dan berpengalaman di Golkar

(fauziah mursid, Pengolah: muhammad hafil).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement