Rabu 13 Dec 2017 07:32 WIB

ORI Difteri Terus Dilakukan, Imunisasi Diharapkan 95 Persen

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Winda Destiana Putri
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita saat disuntik imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita saat disuntik imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku terus melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri di sekolah-sekolah yang berada di tiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Cakupan imunisasi diharapkan sampai 95 persen.

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengaku, ia belum mendapatkan informasi detil setelah ORI difteri resmi dilaksanakan mulai Senin (11/12) kemarin. "Pelaksanaan ORI difteri kan baru sehari, saya belum dapat informasinya tapi saya lihat di televisi banyak dilakukan di sekolah-sekolah, termasuk sekolah cucu saya. Berarti (ORI difteri) ini sudah dilakukan di sekolah-sekolah," ujarnya saat ditemui usai menghadiriKoordinasi Pelaksanaan Operasional Program (Rakorpop), di Jakarta, Selasa (12/12).

Nila mengimbau pelaksanaan ORI difteri ini terus dilaksanakan di sekolah-sekolah, pesantren hingga sekolah seperti madrasah tsanawiyah. Ini karena pihaknya menargetkan cakupan imunisasi ORI difteri bisa mencapai target.

"Harapannya (ORI difteri) ini mencakup sampai 95 persen dengan harapan terjadi imunitas di masyarakat," katanya.

Disinggung mengenai pelaksanaan ORI difteri yang tak hanya fokus pada tuga provinsi melainkan juga provinsi lainnya utamanya yang mengalami kejadian luar biasa (KLB) difteri, Nila mengaku masih fokus pelaksanaan ORI difteri di tiga provinsi ini.

"Tetapi kami sudah membuat surat edaran kepada seluruh kepala dinas kesehatan dan mereka sudah melakukan (ORI difteri). Ini merupakan tanggung jawab daerah-daerah di provinsi," katanya.

Salah satu daerah yang ia tegur adalah Jawa Timur (Jatim). Nila mengaku telah berbicara dengan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur terkait hal ini.

"Mereka mengatakan sudah dilakukan (ORI) difteri.Mungkin (pelaksanaan ORI difteri) di beberapa kabupatennya," ujarnya.

Ia menegaskan, saat ini pihaknya terus melakukan langkah penanganan KLB difteri secara step by step.

"Tidak bisa sekaligus karena persiapan logistik, perencanaannya, ketenagaannya yang memerlukan waktu," ujarnya.

Sebelumnya, Nila mengatakan, imunisasi untuk mencegah difteri sudah termasuk ke dalam program nasional imunisasi dasar lengkap. Ini meliputi tiga dosis imunisasi dasar Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis-B dan Haemofilus influensa tipe b (DPT-HB-Hib) pada usia 2, 3 dan 4 bulan, satu dosis imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib saat usia 18 bulan, satu dosis imunisasi lanjutan difteri tetanus (DT) bagi anak kelas 1 SD/sederajat, satu dosis imunisasi lanjutan Tetanus difteri (Td) bagi anak kelas 2 SD/sederajat, dan satu dosis imunisasi lanjutan Td bagi anak kelas 5 SD/sederajat. Nila menegaskan, imunisasi ini upaya preventif yang spesifik terhadap penyakit.

"Imunisasi difteri dimulai sejak anak usia 2, 3, dan 4 bulan. Lalu untuk meningkatkan antibodinya lagi, harus diulang di usia 2 tahun, 5 tahun, dan usia sekolah dasar," katanya.

Pemerintah menjamin baik keamanan maupun ketersediannya. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement