REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Kesehatan Garut, Jawa Barat belum bisa memastikan kapan dilangsungkannya imunisasi massa difteri pasca merebaknya kasus difteri. Dinkes hanya menunggu arahan dari Kementerian Kesehatan atau Dinkes Provinsi Jawa Barat.
Kepala Dinkes Garut Tenny Swara Rifai mengatakan pihaknya tak bisa begitu saja melaksanakan imunisasi massal difteri. Meski kasus difteri kembali ditemukan menyebabkan kematian pada warga atas nama Aidah (32) pada Ahad (10/12) di RSU Slamet. Sebab, persiapan vaksinnya mengandalkan pengadaan dari pihak Provinsi atau Pusat.
"Yang saya tahu di Jakarta sudah mau ada imunisasi ulang difteri, ada sekitar sebelas provinsi di Indonesia nyatakan KLB (Kejadian Luar Biasa) difteri. Jadi kemungkinan memang ada imunisasi ulang di sini, tapi tunggu saja dari pusat atau Dinkes Pemprov," katanya pada wartawan, Selasa (12/12).
Dalam hal kematian Aidah, menurutnya, terjadi karena terlambatnya penindakan oleh pihak keluarga. Sebab, warga Kampung Ngamplang RT 01 RW 05 Kecamatan Pakenjeng tersebut baru di bawa ke rumah sakit setelah dalam kondisi tidak sadar. "Di rumah sakit pelayanan sudah sesuai standar. Tapi ketika ke rumah sakit memang sudah tidak sadarkan diri," ucapnya.
Berdasarkan penelusurannya, ia menduga Aidah merupakan warga yang tidak memperoleh imunisasi difteri. Sehingga tanpa adanya kekebalan itu, Aidah mudah terserang difteri. "Kalau dilihat dari usianya, (Aidah) lahir tahun 1985 waktu itu konon posyando belum aktif seperti sekarang jadi tidak diimunisasi," tuturnya.
Ia mengingatkan masyarakat sementara ini untuk terus meningkatkan pola hidup sehat. Misalnya dengan mengonsumsi gizi cukup supaya menghindari inveksi tubuh. "Terus gencar mengampanyekan hidup sehat, makan sayur-buah, kadang-kadang di daerah jarang melakukan ini. Karena kekurangan itu (gizi) jadi mudah terinveksi," ujarnya.
Diketahui, Dinas Kesehatan Jawa Barat mulai melakukan imunisasi serentak atau Outbreak Response Imunization Difteri (ORI Difteri) pada Senin (11/12). Imunisasi diberikan kepada anak usia 1-19 tahun di lima kabupaten dan kota dengan angka difteri tertinggi di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi dan Kota Depok.
Ditargetkan sebanyak 3.629.178 anak menjadi sasaran ORI Difteri. Rinciannya anak usia satu sampai lima sebanyak 886.877 anak, anak lima hingga tujuh tahun sebanyak 452.372 dan usia tujuh hingga 19 tahun sebanyak 2.289.928 orang.