REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa wilayah di Indonesia sejak Senin (11/12) memulai Outbreak Response Immunization (ORI) untuk penyakit difteri. Salah satu daerah yang memulai imunisasi tersebut adalah DKI Jakarta, tepatnya Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Di Jakarta, rumah sakit yang paling banyak menerima pasien difteri rujukan atau bukan adalah Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Di rumah sakit tersebut dirawat 33 orang pasien difteri.
"Sampai tanggal 11 pagi, kami merawat 33 pasien. 22 pasien anak 11 pasien dewasa. Asalnya dari Tangerang, Bekasi, Depok, dan tentunya Jakarta," terang Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Rita Rogayah, di lokasi, Senin (11/12).
Salah satu pasien yang dirawat adalah Vahrijal, laki-laki usia 25 tahun asal Depok. Menurut ibunya, Satiyah, anaknya dirujuk dari Rumah Sakit Permata Depok dan tiba di RSPI Sulianti Saroso pada Ahad(10/12). Awalnya, Vahrijal merasakan menggigil dan demam yang tiba-tiba datang pada hari Sabtu sebelumnya. Sebelumnya, Satiyah menjelaskan anaknya tidak merasakan sakit apapun.
"Tiba-tiba aja Sabtu dia sakit agak aneh katanya. Biasanya kalau sakit minum obat warung juga sembuh. Kata dia 'ini agak aneh sakitnya'," kata Satiyah saat menunggu anaknya.
Satiyah menjelaskan, anaknya bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu lembaga. Saat bekerja, Vahrijal telah merasakan pusing dan langsung meminum obat sakit kepala. Vahrijal mengaku sudah merasa lebih baik. Ia kemudian memakan bakso yang diberi cabai cukup banyak. Setelah itu, Satiyah bercerita bahwa anaknya justru merasa semakin sakit dan pusing. Setelah diberi obat seadanya tidak sembuh dan semakin parah, Satiyah pun membawa anaknya ke rumah sakit terdekat sebelum akhirnya dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso.
Lokasi RSPI Sulianti Saroso cukup jauh dari kediaman Satiyah. Ia mengungkapkan, sekali berjalanan dengan ojek daring membutuhkan biaya sampai Rp 160 ribu. Satiyah mengatakan, sebenarnya anaknya bisa saja dirawat di RS Permata Depok. Namun, kata dia, obatnya pada saat itu ada di RSPI Sulianti Saroso sehingga ia merasa lebih baik anaknya dirawat di rumah sakit tersebut.
Terkait imunisasi, Satiyah mengatakan ia tidak mengingat apakah anaknya pernah diimunisasi difteri atau belum. Ia hanya tahu semasa sekolah sang anak selalu ikut imunisasi, namun tidak tahu apakah itu imunisasi difteri atau bukan.
"Waktu anak saya sekolah saya sibuk bekerja, jadi saya kurang memperhatikan. Memang salah saya," tutur Satiyah.
Saat ini, Satiyah telah diimunisasi difteri sehingga ia tidak perlu khawatir ikut tertular ketika menjaga anaknya. Namun, Satiyah mengungkapkan ingin seluruh keluarganya juga diimunisasi difteri. Ia takut kejadian yang sama menimpa anak-anaknya yang lain.
"Iya saya mau semua anak saya, ada tiga sama Vahrijal, itu diimunisasi. Dulu memang salah saya tidak memperhatikan imunisasi, sekarang harus diimunisasi," kata dia.
Pasien yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso, menurut Rita, belum melakukan imunisasi difteri sebelumnya atau imunisasinya tidak lengkap. Pihaknya tidak bisa memastikan mengenai data imunisasi pasien karena keluarga setiap ditanya tidak pernah memberi alasan yang tegas.
"Ada yang belum diimunisasi, ada yang imunisasinya tidak lengkap. Masyarakat kita kan ketika ditanya tidak pernah menyampaikan dengan tegas, jadi kami anggap itu imunisasinya tidak lengkap," kata Rita.
Terkait imunisasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berharap seluruh masyarakat bisa dijangkau. Kemenkes menegaskan, satu-satunya yang bisa dilakukan untuk mencegah difteri adalah melalui imunisasi. Oleh karena itu, Kemenkes beharap informasi mengenai imunisasi difteri dapat tersebar dengan baik supaya tidak ada lagi masyarakat yang tidak diimunisasi khususnya difteri.
"Kita enggak tahu, tidak diimunisasinya itu karena menolak atau tidak tahu. Nah atas bantuan media sekarang ibu-ibu mulai takut, mereka mau beli vaksin di mana begitu. Jadi ini bagus mereka mulai cari," kata Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Elizabeth Jane Soepardi, dalam kunjungannya ke RSPI Sulianti Saroso.