Selasa 12 Dec 2017 05:34 WIB

RSUD Gunung Jati Cirebon Rawat Pasien Difteri

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita menangis saat melakukan imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita menangis saat melakukan imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Penderita difteri kini ditemukan di Cirebon. Pasien itu saat ini dirawat intensif di RSUD Gunungjati Kota Cirebon. Paasien yang berasal dari Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon itu saat ini dirawatintensif di ruang isolasi RSUD Gunung Jati sejak Ahad (10/12) malam. Pasien yangberusia 29 tahun itu merupakan pasien rujukan dari salah satu rumah sakit swasta di Kota Cirebon.

 

Dokter yang menangani pasien, Pahmi Budiman, menjelaskan, berdasarkan kondisi klinis yang dikuatkan dengan uji laboratorium, pasien memang terdeteksi menderita difteri. Dia menyebutkan, di sekitar tonsil dan faring (tenggorokan) pasien, terdapat selaput putih yang sudah berdarah. "Pasien mengaku sulit dan sakit saat menelan. Suhu badannya juga sedikit panas," terang Pahmi, Senin (11/12).

 

Pahmi menambahkan, dilihat dari hasil uji laboratorium, ditemukan bakteri gram positif cocussehingga pasien dinyatakan positif difteri. Bakteri itu merupakan bakteri batang dengan granula metakromatik dengan susunan palisade/huruf Cina.

 

Untuk lebih memastikan penyakit pasien, lanjut Pahmi, maka akan dilihat dari hasil uji kultur. Saat ini, sampel kultur sudah dikirim ke Bandung. "Hasilnya dua minggu kemudian," tutur Pahmi.

 

Pahmi menjelaskan, pihaknya sudah memberikan obat antibiotik dan antidifteri serum kepada pasien. Saat ini, kondisi pasien pun sudah mulai stabil.

 

Menurut Pahmi, pasien sebenarnya sudah bisa pulang dalam tiga atau empat hari ke depan. Namun, untuk penanganan difteri, pasien akan diuji laboratorium tiga kali dalam sepekan ini. "Kalau dari hasil tiga kali tes laboratoriumnya negatif, maka pasien boleh pulang," tegas Pahmi.

Ketua Komite Medik RSUD Gunung Jati Cirebon, Oom Nurohmah mengakui, difteri bisa menyebabkan kematian, terutama pada balita. Namun, jika cepat terdeteksi dan ditangani secara tepat, maka pasien pasti sembuh. "Kalau sudah sembuh, ya tidak akan menularkan penyakitnya," kata Oom.

 

Oom mengatakan, kematian pada pasien difteri bisa terjadi jika pasien terlambat ditangani. Pasalnya, pembengkakan di faring dan tonsil akan menyebabkan pasien susah bernafas. Kondisi itu diperparah jika pasien menderita penyakit lain, seperti misalnya TBC dan radang paru-paru.

 

Selain itu,kematian juga bisa terjadi akibat racun ekso toksin yang dihasilkan bakteri penyebab difteri sudah menyebar ke organ lainnya. Seperti misalnya ke jantung yang dapat menggangu fungsi jantung, atau ke otak yang dapat mengganggu saraf.

 

Pelaksana harian Kabid Pelayanan Medis, Evi Wulandari, menyebutkan, selama hampir setahun ini, RSUD Gunungjati sudah merawat empat pasien terduga difteri. Dari jumlah itu, dua pasien di antaranya meninggal dunia.

 

Adapun keempat pasien itu masing-masing dirawat pada April, Oktober, November dan Desember. Meski dua pasien di antaranya meninggal dunia, namun hasil uji laboratoriumnya negatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement