REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) mengunjungi petani binaan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) unit forestry Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, PT Wira Karya Sakti (WKS) di Desa Dataran Kempas, Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabur Barat. Kunjungan tersebut dihadiri Bupati Tanjung Jabur Barat, Safrial, Ketua Umum ISEI, Muliaman Hadad, Ketua ISEI Jakarta, Halim Alamsyah, Sekretaris Jendral ISEI, Aviliani, dan para anggota ISEI.
Ketua Umum ISEI Muliaman Hadad mengatakan, program DMPA merupakan salah satu upaya terobosan dalam semangat pembangunan kolaborasi. "APP Sinar Mas bekerjasama dengan masyarakat sekitar konsesinya, tidak hanya membangkitkan nilai ekonomi, tapi sekaligus memberdayakan masyarakat dan menjadi model yang sangat baik," katanya dalam keterangan resmi Senin (11/12).
Di penghujung tahun 2015, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas memperkenalkan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), yang merupakan penyempurnaan dari berbagai program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan sebelumnya. Program DMPA merupakan gerakan terintegrasi dalam memberdayakan masyarakat di wilayah konsesi dan sekitar konsesi APP beserta mitra pemasoknya untuk mengembangkan mata pencaharian sehari-hari. Landasan utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini adalah dengan memanfaatkan bidang agroforestri (wanatani).
Direktur APP Sinar Mas, Suhendra Wiriadinata mengatakan konsep DMPA adalah pemberdayaan masyarakat yang dikombinasikan dengan upaya pelestarian lingkungan sekitar. Masyarakat diarahkan bercocok tanam hortikultura (sayur mayur, buah-buahan), tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan olahan makanan untuk konsumsi sendiri atau dijual. APP memfasilitasi dari hulu ke hilirnya, mulai penyediaan alat, benih, pendampingan, hingga membantu memasarkan produk.
Mulai dari pengembangan pupuk kompos, budidaya nila, pembiakan domba, budidaya jahe merah hingga program pengembangan tanaman hortikultura di Desa Dataran Kempas saat ini telah dikembangkan masyarakat desa setempat melalui berbagai kelompok tani. Pada pengembangan jahe merah di desa tersebut, dinilai cukup unik karena dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Wangi yang beranggotakan 130 ibu-ibu rumah tangga dari 13 RT di desa itu.
KWT Mekar Wangi tersebut, mendapat bantuan bibit senilai hampir Rp 50 juta untuk mengembangkan komoditas jahe merah dengan kapasitas produksi mencapai lebih dari 7 ton, atau dengan estimasi pemasukan mencapai Rp 180 juta. Saat ini sudah ada 5.000 polybag yang ditanami jahe merah, rencananya kelompok tersebut akan menanam jahe hingga 20 ribu polybag. Dalam satu polybag ada dua bibit yang diperkirakan satu polybag mampu menghasilkan satu kilogram jahe.
"Awalnya sengaja kami minta pengembangan jahe merah ini, karena banyak manfaatnya, dan mudah ditanam serta pemeliharannya tidak terlalu rumit," kata Ketua KWT Mekar Wangi, Rita Ayuwandari.
Selain itu, program pengembangan tanaman hortikultura dikelola oleh KWT Maju Bersama yang beranggotakan 15 ibu-ibu rumah tangga dengan luas gaerapan 0,5 hektare, dengan estimasi pemasukan hasil dari program pengembangan itu senilai Rp 66,8 juta.
Melalui Kelompok Tani Mekar Jaya, dengan anggota bejumlah 30 orang petani telah memproduksi pupuk kompos, yang bahan bakunya berasal dari limbah kelapa sawit dan dari kotoran sapi. Produksi pupuk kompos yang dikembangkan masyarakat desa itu saat ini kapasitas produksinya mencapai 1.000 ton per bulan atau dengan estimasi pemasukan mencapai Rp1 miliar.
Selain itu, dalam program pengembangan budidaya nila di desa itu dikelola oleh Karang Taruna Laskar Nusa dengan penerima manfaat 30 orang. Budidaya nilai tersebut, dengan kapasitas mencapai 30 ribu ekor nila atau 3,6 ton per daur (kolam).
Sedangkan pada program pembiakan domba dikelola oleh Kelompokk Tani Karya Trans Mandiri yang beranggotakan 31 orang. Dalam pembiakan domba itu dengan target 54 ekor per tahun atau estimasi pemasukan mencapai Rp 118 juta.