REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Sebanyak 20 relawan Praja Muda Karana (Pramuka) dari berbagai daerah di Bali dan luar Bali bekerja sama membantu penanganan darurat bencana erupsi Gunung Agung. Mereka ditempatkan di beberapa titik pos komando dengan berbagai peran, mulai dari petugas dapur umum, penyalur logistik, hingga petugas call center.
Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) bahkan melibatkan Pramuka Bali untuk mengevakuasi pengungsi di kawasan rawan bencana. Kontribusi para praja muda ini sangat membantu operasional di posko-posko pengungsian. Seorang anggota Pramuka yang bertugas di call center, Pande Kharisma mengatakan dia tertarik menjadi praja muda karena ingin memiliki banyak teman dari berbagai latar belakang. "Saya senang karena banyak teman berarti bisa membantu banyak orang," katanya, Selasa (5/12).
Anggota Pramuka lainnya, Ni Komang Ayu Sawitri mengatakan darah Pramuka secara turun temurun mengalir di keluarganya. Semangat suka rela dan jiwa besar Pramuka membuatnya merasa lebih militan. "Saya juga memiliki banyak teman dan berkesempatan berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia," katanya.
Sawitri menilai gerakan Pramuka di Indonesia memiliki kekuatan besar dibanding gerakan Pramuka negara lainnya di dunia. Rasa kemanusiaan yang ditunjukkan anggota pramuka dapat menginspirasi kaum muda lainnya di negeri yang memiliki banyak potensi ancaman bahaya ini.
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakansemangat para pemuda ini perlu terus dibina dan dikembangkan supaya mereka menjadi relawan tangguh.Mereka memiliki keahlian dan keterampilan. "Mereka adalah kekuatan yang dibutuhkan ketika suatu masyarakat tertimpa musibah atau bencana, seperti saat ini," kata Sutopo.
Pramuka memiliki unit yang mendukung penanggulangan bencana disebut Abdimasgana atau Unit Pengabdian Masyarakat dan Penanggulangan Bencana. Anggota Pramuka memang masih terbatas dari sisi kapasitas dan kapabilitas, namun bisa menjadi organisasi yang inspiratif bagi masyarakat.
Mereka mendapat pembekalan dasar, seperti keterampilan simpul, pertolongan pertama dan pengembangan diri. Relawan Pramuka secara tidak langsung meningkatkan kapasitasnya dalam berkoordinasi. Mereka membelajari tata kerja operasional di posko, berjejaring dengan mitra kerja seperti BNPB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas, hingga Palang Merah Indonesia (PMI).
Pramuka Peduli Bali melibatkan unsur pramuka dari tingkat penegak, pandega, hingga andalan. Mereka yang membantu pengungsi Gunung Agung bukan hanya berasal dari Bali, tapi juga dari Jakarta. Sebagian dari mereka bahkan ada yang menggunakan uang pribadi untuk sampai di lokasi bencana. Jiwa relawan atau volunterism melekat pada setiap individu ini.