REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas memuji Badan Narkotika Nasional yang telah menangkap gembong produsen pil berbahaya Paracetamol Caffein Carisoprodol (PCC) yang telah memakan korban terutama anak-anak. "Kita patut memberikan (pujian) apresiasi kepada BNN yang telah berhasil menangkap para pelaku dari perdagangan barang haram tersebut," kata Anwar kepada wartawan di Jakarta, Selasa (5/12).
Menurut dia, masa depan bangsa sangat terancam dengan peredaran pil PCC sehingga penangkapan itu menjadi titik tolak yang baik untuk melindungi masyarakat terutama anak muda. Anwar Abbas mengajak setiap elemen bangsa untuk tidak lengah dalam menghadapi masalah narkoba, termasuk persoalan PCC. Terlebih, BNN mensinyalir adanya keterlibatan ahli peracikan obat dalam jaringan peredaran pil PCC.
"Karena menurut Budi Waseso, kepala BNN, pencampuran bahan untuk membuat pil PCC jelas tidak bisa dilakukan sembarang orang. Akan tetapi, dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang," kata dia.
Maka dari itu, kata Anwar Abbas, tidak akan mudah bagi para aparat untuk menindak kasus itu. Karena, ilmu mereka bisa jadi lebih hebat dari ilmu orang-orang yang akan menangkapnya sehingga bisnis mereka tetap dapat berjalan dengan lancar.
"Dan bila ini yang terjadi maka berarti bencana dan malapetaka jelas-jelas akan mendera dan mengancam eksistensi dan masa depan negeri ini," kata dia.
Ke depan, kata dia, pemerintah harus bertindak lebih serius dan lebih keras lagi dari yang sudah dilakukan BNN terhadap produsen pil PCC itu. Pemerintah dengan semua elemennya benar-benar dituntut untuk lebih kompak, dan terintegrasi agar perang terhadap kejahatan narkoba dapat berhasil.
Awal pekan ini BNN menggerebek sebuah rumah di Jalan Halmahera Nomor 27, Kota Semarang, yang diduga sebagai pabrik tempat produksi pil PCC. Selain di Jalan Halmahera, penggerebekan juga dilakukan di sebuah rumah di Jalan Gajah Raya, Kota Semarang, yang diduga dipakai sebagai gudang penyimpanan.
Penggerebekan dilakukan serentak di dua kota lainnya, yaitu di Solo dan Tasikmalaya. Di tiga kota tersebut, diduga pabrik PCC tersebut beroperasi. Dalam penggerebekan serentak itu terdapat dua orang yang turut ditangkap. Keduanya merupakan pengendali produksi pabrik di ketiga daerah tersebut